Rupiah Sang 'Raja' Mata Uang Dunia, Sudah Tempel 14.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 June 2020 15:43
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Rupiah juga didukung data-data terbaru dari dalam negeri juga mendukung penguatan rupiah. Kemarin, data purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia bulan Mei dirilis sedikit membaik, menjadi 28,6 dari bulan April sebesar 27,5.

Meski masih berkontraksi (di bawah 50), setidaknya angka indeks mulai bergerak naik. Dengan penerapan new normal mulai bulan ini, PMI manufaktur tentunya akan semakin naik, dan tidak menutup kemungkinan kembali berekspansi (di atas 50). 

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2020. BPS mencatat terjadi inflasi 0,07% di Mei 2020. Sebanyak 67 kota terjadi inflasi sementara 23 kota deflasi.

Rendahnya inflasi memang bisa memberikan gambaran penurunan daya beli masyarakat akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19. Tetapi secara investasi, inflasi yang rendah membuat riil return berinvestasi di Indonesia menjadi lebih tinggi. Sehingga aliran modal asing bisa deras masuk ke dalam negeri, dan rupiah menjadi perkasa. 



Tidak hanya new normal dan data ekonomi, penguatan rupiah juga tidak lepas dari "restu" Bank Indonesia (BI).

Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini, Perry mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue, dan ke depannya akan kembali menguat ke nilai fundamentalnya, kembali ke level sebelum pademi penyakit virus corona (Covid-19) terjadi di kisaran Rp 13.600-13.800/US$. 

"Ke depan nilai tukar rupiah akan menguat ke fundamentalnya. Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menopang penguatan rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke SBN juga memperkuat nilai tukar rupiah" kata Perry, Kamis (28/5/2020). 

Kami yakni nilai tukar rupiah masih undervalue, dan berpeluang terus menguat ke arah fundamentalnya" tegas Perry. 

Pernyataan Perry tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengatakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Rupiah kini disebut akan menguat ke nilai fundamentalnya, sehingga memberikan dampak psikologis ke pasar jika Mata Uang Garuda masih berpeluang menguat lebih jauh.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular