Waspada Petaka di 2026, Bapak AI Buka-bukaan Fakta Mengerikan

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Rabu, 31/12/2025 11:35 WIB
Foto: Ilmuwan komputer Geoffrey Hinton, yang mempelajari jaringan saraf yang digunakan dalam aplikasi kecerdasan buatan, berpose di kantor pusat Google Mountain View, California, Rabu, 25 Maret 2015. (File Foto - AP/Noah Berger)

Jakarta, CNBC Indonesia - Geoffrey Hinton, sosok yang dijuluki sebagai "Bapak AI", memperingatkan bahwa gelombang besar pemutusan pekerjaan akibat AI bakal mulai gencar pada 2026.

Dalam sebuah wawancara terbaru, Hinton mengatakan ancaman kehilangan pekerjaan akibat AI yang selama ini hanya menjadi perbincangan, bisa menjadi kenyataan mulai 2026, seiring pesatnya perkembangan teknologi AI yang melampaui ekspektasi saat ini.


Salah satu sektor yang paling terdampak adalah rekayasa perangkat lunak, di mana AI kini mampu menulis dan mengelola kode dengan skala yang kian masif.

Hinton menjelaskan, kemampuan AI meningkat secara eksponensial. Setiap sekitar tujuh bulan, AI mampu mengerjakan tugas dengan durasi dua kali lebih panjang dari sebelumnya.

Jika tren ini berlanjut, dalam beberapa tahun ke depan AI berpotensi menangani proyek perangkat lunak besar yang saat ini membutuhkan kerja manusia selama berbulan-bulan, sehingga membuat kebutuhan tim insinyur dalam jumlah besar semakin menyusut.

Peringatan ini sejalan dengan pandangan sejumlah tokoh AI dunia lainnya. Yoshua Bengio, pionir AI, sebelumnya juga menyebut bahwa AI pada akhirnya dapat menggantikan sebagian besar hingga seluruh jenis pekerjaan manusia, memicu disrupsi besar di pasar tenaga kerja global.

Menurut Hinton, dampak AI tidak akan terbatas pada pekerjaan kerah putih. Setelah call center dan layanan pelanggan mulai tergerus, pekerjaan kerah biru juga berisiko terdampak seiring AI mampu menjalankan tugas yang semakin kompleks dan bervariasi.

Tak hanya soal pekerjaan, Hinton juga menyoroti bahaya lain yang dinilai lebih mengerikan. Ia mengingatkan bahwa AI tingkat lanjut berpotensi mengembangkan kemampuan bernalar hingga menipu manusia.

Dalam skenario terburuk, AI bisa menyembunyikan niat aslinya dan memanipulasi manusia agar tidak dimatikan. Perkembangan ini, menurut Hinton, jauh lebih mengkhawatirkan dibanding yang ia bayangkan sebelumnya.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video:Pakai Teknologi AI, Bisnis Tambang Kian "Cerdas" & Berkelanjutan