MARKET DATA

Peneliti Harvard Temukan Cara Baru Sembuhkan Diabetes

Intan Rakhmayanti Dewi,  CNBC Indonesia
15 December 2025 17:05
An elderly woman gets her blood tested during a drive to provide medical check-ups for hypertension, cholesterol and diabetes at an integrated services post in Banda Aceh on December 15, 2021. (Photo by CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP) (Photo by CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/CHAIDEER MAHYUDDIN

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim peneliti yang melakukan studi di Universitas Harvard menemukan mekanisme biologis baru yang berpotensi membuka jalan bagi pengobatan diabetes tipe 2 dan obesitas.

Penelitian ini mengungkap peran penting metabolit yang dihasilkan mikrobioma usus dalam mengatur metabolisme hati serta sensitivitas insulin tubuh.

Studi yang didukung oleh Fundação de Amparo à Pesquisa do Estado de São Paulo (FAPESP) dan dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism tersebut menemukan bahwa sejumlah metabolit bergerak dari usus menuju hati melalui vena porta hepatika, lalu diteruskan ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Senyawa-senyawa ini terbukti memengaruhi jalur metabolisme di hati, organ kunci dalam pengendalian kadar gula darah dan lemak.

Penulis utama studi, Vitor Rosetto Muñoz, menjelaskan bahwa vena porta hepatika merupakan jalur pertama yang menerima produk mikrobioma usus. Di hati, metabolit tersebut dapat diubah, diproses, atau dieliminasi sebelum akhirnya masuk ke sirkulasi sistemik.

"Dengan menganalisi darah yang keluar dari usus dan darah perifer yang beredar ke seluruh tubuh, kami dapat melihat secara lebih jelas metabolit mana yang berasal dari mikrobioma usus dan bagaimana pengaruhnya terhadap metabolisme hati serta kesehatan metabolik," ujar Muñoz, dikutip dari Science Daily, Senin (15/12/2025).

Dalam penelitian ini, para ilmuwan menganalisis metabolit pada tikus dengan tingkat kerentanan berbeda terhadap obesitas dan diabetes tipe 2.

Hasilnya, tikus sehat memiliki 111 metabolit yang diperkaya di vena porta hepatika. Namun, jumlah tersebut turun drastis menjadi 48 ketika tikus yang secara genetik rentan diabetes diberi diet tinggi lemak.

Temuan ini menunjukkan bahwa pola makan dan faktor lingkungan sangat memengaruhi distribusi metabolit dalam tubuh.

Selain faktor lingkungan, latar belakang genetik juga terbukti memainkan peran penting. Profil metabolit pada tikus yang rentan terhadap sindrom metabolik berbeda signifikan dibandingkan tikus yang secara alami resisten, menegaskan bahwa interaksi antara genetik, mikrobioma usus, dan lingkungan sangat kompleks.

Untuk menggali lebih dalam, peneliti kemudian mengganggu mikrobioma usus tikus menggunakan antibiotik yang menargetkan mikroorganisme tertentu.

Perlakuan ini mengubah komposisi metabolit di darah, termasuk meningkatkan kadar mesakonat, senyawa yang terlibat dalam siklus Krebs, jalur utama produksi energi sel.

Ketika sel hati dipaparkan pada mesakonat dan isomernya, para peneliti menemukan adanya perbaikan sinyal insulin serta pengaturan gen yang berkaitan dengan pembentukan lemak dan oksidasi asam lemak di hati. Proses ini dinilai krusial dalam mencegah resistensi insulin, salah satu penyebab utama diabetes tipe 2.

"Metabolit yang ditemukan dalam darah dari dua lokasi ini, dengan demikian, memainkan peran penting dalam memediasi efek mikrobioma terhadap metabolisme hati dan patogenesis resistensi insulin pada diabetes tipe 2, yang berkaitan dengan konsumsi diet tinggi lemak," ujar Muñoz.

Ke depan, para ilmuwan berencana memetakan setiap metabolit secara lebih rinci, termasuk bagaimana senyawa tersebut diproduksi oleh mikrobioma usus.

Pemahaman ini diharapkan dapat mengarah pada penemuan molekul baru yang dapat dikembangkan menjadi terapi inovatif untuk diabetes dan penyakit metabolik lainnya.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]


Most Popular
Features