Tetangga RI Diserbu Asing, Uang Rp 833 Triliun Mengalir Dalam 24 Jam
Jakarta, CNBC Indonesia - India mulai jadi tujuan raksasa teknologi untuk beragam investasi dalam industri AI. Nilainya juga fantastis, tercatat hanya dalam waktu 24 jam mengalir total lebih dari US$50 miliar atau Rp 833 triliun dari Microsoft dan Amazon.
Microsoft berinvestasi sebesar US$17,5 miliar (Rp 291,8 triliun) di Negeri Bollywood selama empat tahun. Uang itu untuk memperluas infrastruktur hyperscale, menyematkan AI dalam platform nasional serta kesiapan tenaga kerja.
Sementara Amazon mengumumkan investasi lebih dari US$35 miliar (Rp 583,7 triliun). Sebelumnya perusahaan juga telah berinvestasi sebesar US$40 miliar (Rp 667 triliun).
Selain itu ada juga Intel yang ikut berinvestasi. Perusahaan berjanji akan memproduksi chip di sana.
Beberapa perusahaan seperti OpenAI, Google, dan Perplexity menawarkan perangkat gratis pada jutaan masyarakat India. Sementara Google berinvestasi US$15 miliar dalam rangka membangun pusat data AI baru di India bagian selatan.
Direktur Riset Counterpoint Research, Tarun Pathak mengatakan India bukan hanya pasar untuk pengguna. Namun juga menjadi pusat rekayasa dan implementasi inti.
"India menggabungkan basis pengguna digital yang besar, permintaan cloud dan AI yang berkembang dengan pesat, serta ekosistem IT bertalenta tinggi untuk membangun dan menggunakan AI dalam skala besar, membuatnya bukan hanya pasar pengguna, melainkan pusat rekayasa dan implementasi inti," jelas Pathak, dikutip CNBC Internasional, Kamis (11/12/2025).
CNBC Internasional menuliskan India memiliki banyak keunggulan, membuatnya ideal untuk layanan cloud global hingga pemain AI masuk ke negara tersebut.
Misalnya terkait lahan yang luas dan biaya listrik yang lebih murah dibandingkan pusat data di Eropa. Kapasitas energi terbarukan di India juga terus meningkat.
Faktor lain adalah permintaan lokal seperti e-commerce yang meningkat. Begitu juga adalah potensi aturan baru terkait penyimpanan data media sosial.
"India merupakan pasar penting dan salah satu wilayah dengan pertumbuhan tercepat untuk pengeluaran AI di Asia Pasifik. Kesenjangan besar, karena peluang yang signifikan, terletak pada kekurangan infrastruktur komputasi untuk menjalankan model AI," jelas Wakil Presiden dan Kepala Riset, Big Data &AI IDC.
(dem/dem)[Gambas:Video CNBC]