Tanda Kiamat Makin Nyata, Sudah Terlihat Jelas dari Sikat Gigi
Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan iklim global semakin sering disebut sebagai tanda kerusakan bumi yang kian parah. Pola cuaca ekstrem, kenaikan suhu, hingga bencana yang muncul di berbagai belahan dunia menunjukkan bagaimana aktivitas manusia sejak revolusi industri memberi tekanan besar terhadap lingkungan.
Fenomena ini bukan hanya dipicu oleh industri berskala raksasa. Produk sehari-hari yang tampak sepele pun ikut menyumbang kerusakan lingkungan, salah satunya adalah sikat gigi modern yang mulai berkembang pada awal 1900-an. Seiring kehadiran mouthwash dan benang gigi, penggunaan sikat gigi meningkat pesat dan limbahnya pun ikut menumpuk.
Pada masa lalu, sikat gigi dibuat dari bahan alami seperti bambu atau kayu. Bahan-bahannya relatif ramah lingkungan karena dapat terurai dengan mudah. Namun memasuki era industri modern, produk ini berubah memakai gagang plastik dan bulu sikat berbahan nilon. Menurut Greenbiz, kedua material ini termasuk kategori tidak terbarukan dan sulit terurai, sehingga berdampak besar terhadap peningkatan emisi dan pencemaran.
National Geographic menyebut persoalan ini menjadikan sikat gigi sebagai bagian dari krisis lingkungan global. Sebab, menurut American Dental Association (ADA), sikat gigi idealnya diganti setiap tiga hingga empat bulan sekali. Dengan kebiasaan itu, seseorang dapat membuang tiga hingga empat sikat gigi setiap tahun.
Jika dihitung dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 273 juta jiwa, maka perkiraan sampah sikat gigi yang dihasilkan bisa menembus lebih dari satu miliar unit setiap tahun. Angka tersebut belum termasuk populasi dunia yang berjumlah delapan miliar orang, yang berarti ada sekitar 24 miliar limbah sikat gigi setiap tahunnya.
Dalam rentang hidup hingga usia 75 tahun, tiap orang diperkirakan menggunakan 280 hingga 300 sikat gigi. Ketika dikalikan dengan jumlah penduduk dunia, volume sampah yang dihasilkan menjadi sangat besar.
National Geographic bahkan mencatat, jumlah sampah sikat gigi di Amerika Serikat saja sudah setara dengan empat lilitan bumi dalam setahun. Sementara menurut perusahaan ramah lingkungan Haeckels di Inggris, ada sekitar 264 juta sikat gigi yang dibuang setiap tahun karena melewati masa pakai. Jumlah ini belum memasukkan limbah dari sikat gigi elektrik yang dilengkapi baterai.
Seperti plastik pada umumnya, bahan sikat gigi membutuhkan waktu 200 hingga 700 tahun untuk terurai. Selama periode tersebut, plastik akan melepaskan gas rumah kaca. Penelitian dari Massachusetts Institute of Technology menunjukkan bahwa plastik yang mencemari laut juga bisa membunuh zooplankton, organisme kecil yang berperan penting dalam menyerap karbon.
"Sangat sulit untuk menemukan opsi sikat bebas plastik. Plastik biodegradable tidak selalu lebih baik untuk bumi daripada plastik yang lebih tradisional," tulis jurnalis Alejandra Borunda dalam laporan National Geographic.
(fab/fab)