Perintah Baru Trump Bisa Bikin China Kebakaran Jenggot
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Senin (24/11) waktu setempat, untuk meluncurkan 'megaproyek' dalam riset, pengembangan, dan aplikasi sains kecerdasan buatan (AI). Hal ini akan menjadi amunisi AS dalam melawan China dalam perlombaan mendominasi AI.
Diistilahkan 'Genesis Mission', perintah terbaru Trump memetakan serangkaian langkah untuk memperluas sumber daya komputasi, meningkatkan akses ke kumpulan data federal yang luas, serta bergerak menuju aplikasi nyata yang berdampak, khususnya di bidang ilmiah.
"Genesis Mission akan secara dramatis mempercepat penemuan ilmiah, memperkuat keamanan nasional, mengamankan dominasi energi, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan melipatgandakan laba atas investasi pembayar pajak dalam penelitian dan pengembangan," demikian pernyataan dalam perintah tersebut, dikutip dari NBC News, Rabu (26/11/2025).
Pemimpin inisiatif ini adalah Michael Kratsios, asisten presiden untuk sains dan teknologi, sekaligus direktur Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi.
Mirip Proyek Manhattan
Dalam perintah tersebut, Genesis Mission dideskripsikan sebagai "proyek dengan urgensi dan ambisi yang setara dengan Proyek Manhattan". Sebagai informasi, Proyek Manhattan merupakan inisiatif pemerintah AS dalam pengembangan senjata nuklir pada era Perang Dunia II.
Perintah tersebut juga menugaskan Menteri Energi Chris Wright untuk membangun 'Platform Sains dan Keamanan Amerika' untuk memusatkan infrastruktur yang dibutuhkan ke upaya pengembangan AI. Menurut perintah tersebut, platform akan berfokus pada penyediaan daya komputasi dan set data yang dibutuhkan para peneliti untuk melatih model AI.
"Genesis Mission akan membangun platform AI terintegrasi untuk memanfaatkan kumpulan data ilmiah Federal yang terbesar di dunia, dan dikembangkan selama beberapa dekade berkat investasi Federal. Kumpulan data itu digunakan untuk melatih model dasar ilmiah dan menciptakan agen AI untuk menguji hipotesis baru, mengotomatiskan alur kerja penelitian, dan mempercepat terobosan ilmiah," demikian bunyi perintah tersebut.
Perintah tersebut membuka pintu bagi peningkatan kemitraan publik-swasta yang signifikan dalam pengembangan AI. Dalam 90 hari, Menteri Energi harus mengidentifikasi sistem dan data yang tersedia untuk mendukung program tersebut, termasuk sumber daya yang tersedia melalui mitra industri.
Sistem AI membutuhkan kumpulan data yang sangat besar untuk mempelajari cara merepresentasikan dunia nyata. Dengan kekayaan informasi yang melimpah tentang warga AS dan aktivitas mereka, pemerintah federal memiliki tambang emas data yang melimpah. Namun, data tersebut seringkali terdesentralisasi dan tidak terorganisir, sehingga belum dimanfaatkan secara maksimal oleh perusahaan-perusahaan AI hingga saat ini.
Fokus Megaproyek Trump
Perintah yang dikeluarkan pada awal pekan ini diharapkan dapat menjadi solusi atas hambatan-hambatan dalam sistem berbagi data. Dengan peningkatan sumber daya komputasi dan akses data, AI harus diterapkan pada isu-isu ilmiah yang praktis dan kritis dalam waktu 270 hari, demikian pernyataan dalam perintah tersebut.
Bidang-bidang penting yang dimaksud mencakup manufaktur dan robotika tingkat lanjut, bioteknologi, serta fisi dan fusi nuklir.
Keegan McBride, penasihat kebijakan senior di Tony Blair Institute dan peneliti senior tambahan di Center for a New American Security, mengatakan pengumuman tersebut penting.
"AI memiliki potensi untuk mengubah seluruh jalur ilmiah, penelitian, dan penemuan. Ini merupakan sinyal kuat dari AS kepada dunia tentang apa yang mungkin dilakukan," ujar McBride, dikutip dari NBC News, Rabu (26/11/2025).
Pengumuman ini didasarkan pada Sumber Daya Penelitian Kecerdasan Buatan Nasional (NAIRR) yang sudah ada. NAIRR dibentuk pada tahun 2020 oleh Undang-Undang Inisiatif Kecerdasan Buatan Nasional tahun 2020 untuk menyediakan infrastruktur penelitian nasional yang kuat dan terpadu guna mempercepat AI dan inovasi yang didukung AI.
NAIRR dimulai sebagai program percontohan, yang menyatukan koalisi lembaga federal, mulai dari Kementerian Pertahanan dan NASA, hingga Institut Kesehatan Nasional, dan organisasi non-pemerintah seperti OpenAI, Google, dan Palantir, untuk membentuk komunitas riset nasional.
Amunisi AS Dominasi AI
Lynne Parker, yang menjabat sebagai salah satu ketua gugus tugas NAIRR sebagai wakil kepala teknologi AS di bawah Presiden Joe Biden dan sekarang menjabat sebagai wakil rektor emerita di Universitas Tennessee, Knoxville, mengatakan dukungan federal untuk riset AI sangat penting bagi kemajuan di masa depan.
"Dukungan pemerintah untuk riset AI membangun fondasi bagi terobosan baru dan membantu menjaga inovasi tetap selaras dengan kepentingan publik," ujar Parker kepada NBC News.
"Kita menganggap remeh bahwa produk baru muncul secara berkala, tetapi jarang mempertimbangkan puluhan tahun riset yang memungkinkannya," ia menuturkan.
"Tanpa investasi jangka panjang, kita berisiko kehilangan kepemimpinan dalam teknologi yang akan menentukan perekonomian, keamanan, dan kehidupan kita sehari-hari," ujarnya.
Inisiatif 'Rencana Aksi AI' yang dirilis pemerintahan Trump pada Juli lalu menekankan pentingnya peran penelitian dan pengembangan nasional, yang sebagian berasal dari NAIRR, untuk mendorong terobosan AI generasi berikutnya.
Pada akhir Oktober, Kementerian Energi AS mengumumkan kemitraan baru dengan AMD untuk meluncurkan dua superkomputer baru di Laboratorium Nasional Oak Ridge, rumah bagi beberapa peneliti AI federal terkemuka di AS.
"Memenangkan persaingan AI membutuhkan kemitraan baru dan kreatif yang akan menyatukan para pemikir dan industri paling cemerlang yang ditawarkan oleh teknologi dan sains Amerika," ujar Menteri Wright saat itu dalam sebuah pernyataan.
"Bekerja sama dengan AMD dan HPE, kami menghadirkan kapasitas baru secara online lebih cepat dari sebelumnya, mengubah inovasi bersama menjadi kekuatan nasional, dan membuktikan bahwa Amerika memimpin ketika mitra swasta-publik membangun bersama," kata Wright, merujuk pada peran Hewlett Packard Enterprise dalam membangun superkomputer tersebut.
Pada awal November, Kementerian Energi mengumumkan rencana lebih lanjut untuk memperluas Fasilitas Komputer Kepemimpinan Oak Ridge dengan chip Nvidia berdaya tinggi untuk menangani komputasi kuantum kompleks dan penelitian yang berfokus pada AI.
(fab/fab)[Gambas:Video CNBC]