MARKET DATA

Kena Kasus, Zuckerberg Hilangkan Barang Bukti Penting di Pengadilan

Intan Rakhmayanti Dewi,  CNBC Indonesia
24 November 2025 17:00
Meta CEO Mark Zuckerberg wears the Meta Ray-Ban Display glasses, as he delivers a speech presenting the new line of smart glasses, during the Meta Connect event at the company's headquarters in Menlo Park, California, U.S., September 17, 2025. REUTERS/Carlos Barria
Foto: REUTERS/Carlos Barria

Jakarta, CNBC Indonesia - Meta, perusahaan milik Mark Zuckerberg, kembali menjadi sorotan setelah sebuah gugatan besar yang diajukan pengadilan distrik di Amerika Serikat (AS) memunculkan dugaan bahwa perusahaan media sosial itu menyembunyikan bukti penting terkait dampak negatif produk mereka terhadap kesehatan mental pengguna, terutama remaja.

Tuduhan ini muncul dalam sebuah dokumen yang diajukan ke pengadilan, yang menyebut Meta menghentikan riset internal yang menunjukkan produk mereka berpotensi membahayakan pengguna.

Dalam sebuah proyek riset tahun 2020 yang diberi nama sandi "Project Mercury," para ilmuwan Meta bekerja sama dengan perusahaan survei Nielsen untuk menilai dampak "menonaktifkan" Facebook, berdasarkan dokumen Meta yang diperoleh dalam proses pembuktian. Namun hasilnya mengecewakan bagi perusahaan.

"Orang-orang yang berhenti menggunakan Facebook selama satu minggu melaporkan penurunan rasa depresi, kecemasan, kesepian, serta perbandingan sosial," demikian isi dokumen internal tersebut, dikutip dari Reuters, Senin (24/11/2025).

Alih-alih merilis hasil tersebut atau memperdalam penelitian, Meta justru menghentikan seluruh proyek dengan alasan temuan itu dianggap terkontaminasi narasi negatif media.

Namun, dokumen gugatan mengungkapkan staf internal Meta sebenarnya mengakui bahwa hasil riset itu valid dan menunjukkan dampak kausal Facebook terhadap kesehatan mental.

Meski riset internal Meta mendokumentasikan hubungan kausal antara produknya dan dampak negatif pada kesehatan mental, dokumen gugatan menyatakan Meta mengatakan kepada Kongres bahwa perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk mengukur apakah produknya membahayakan remaja perempuan.

Dalam pernyataan, juru bicara Meta Andy Stone mengatakan studi tersebut dihentikan karena metodologinya cacat dan Meta telah bekerja keras meningkatkan keamanan produknya.

"Catatan lengkap akan menunjukkan bahwa selama lebih dari satu dekade, kami mendengarkan para orang tua, meneliti isu yang paling penting, dan melakukan perubahan nyata untuk melindungi remaja," katanya.

Tuduhan bahwa Meta mengubur bukti bahaya media sosial hanyalah satu dari banyak tuduhan dalam berkas gugatan yang diajukan Jumat malam oleh Motley Rice, firma hukum yang menggugat Meta, Google, TikTok, dan Snapchat atas nama distrik sekolah di seluruh AS.

Namun, secara umum, tuduhan terhadap platform lain tidak sedetail tuduhan terhadap Meta. Dokumen internal yang dikutip penggugat menyatakan bahwa Meta secara sengaja merancang fitur keamanan untuk remaja agar tidak efektif dan jarang digunakan, serta memblokir pengujian fitur keamanan yang dikhawatirkan dapat menghambat pertumbuhan.

Meta mengharuskan pengguna tertangkap 17 kali mencoba memperdagangkan manusia untuk tujuan seksual sebelum akun mereka dihapus, angka yang digambarkan dalam dokumen sebagai ambang pelanggaran yang sangat tinggi.

Salah satu poin paling mencolok dalam dokumen gugatan adalah pesan teks Mark Zuckerberg pada tahun 2021. Dalam pesan itu, ia disebut mengatakan bahwa keamanan anak bukan prioritas utamanya karena dirinya fokus pada proyek lain seperti metaverse.

Tak hanya itu, Zuckerberg juga disebut menolak usulan internal untuk memperkuat pendanaan divisi keamanan anak, bahkan mengabaikan permintaan dari Nick Clegg, mantan Kepala Kebijakan Publik Global Meta.

Menanggapi gugatan tersebut, Stone membantahnya. Ia mengatakan bahwa perusahaan menyembunyikan bukti atau mengabaikan keamanan remaja.

"Kami sangat tidak setuju dengan tuduhan ini, yang mengandalkan kutipan yang dipilih secara sepihak dan opini yang keliru," imbuh Stone.

Dokumen Meta yang menjadi dasar gugatan tersebut belum dipublikasikan, dan Meta telah mengajukan mosi untuk mencabut dokumen itu. Stone mengatakan keberatan perusahaan terkait ruang lingkup permintaan penggugat yang terlalu luas, bukan terhadap pembukaan dokumen secara keseluruhan.

Sidang terkait gugatan dijadwalkan berlangsung pada 26 Januari di Pengadilan Distrik California Utara.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article ChatGPT Ditinggal Ramai-Ramai, Pemiliknya Merasa Kemalingan


Most Popular