MARKET DATA

Taktik Ngeri Putin Terbongkar, Dunia Bisa Kacau Balau

Novina Putri Bestari,  CNBC Indonesia
24 November 2025 21:00
Presiden Rusia Vladimir Putin memeriksa latihan militer pasukan nuklir negaranya di darat, laut, dan udara untuk menguji kesiapan dan struktur komando mereka, melalui tautan video dari Moskow, Rusia, 22 Oktober 2025. (Sputnik/Alexander Kazakov/Pool via REUTERS)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin memeriksa latihan militer pasukan nuklir negaranya di darat, laut, dan udara untuk menguji kesiapan dan struktur komando mereka, melalui tautan video dari Moskow, Rusia, 22 Oktober 2025. (Sputnik/Alexander Kazakov/Pool via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi mengungkapkan cara pemerintah Rusia menyebarkan disinformasi di internet yang bisa membuat dunia kacau balau. Jaringan Pravda yang berafiliasi dengan negara kekuasaan Putin melakukannya dengan membanjiri berita-berita tidak benar dalam ratusan situs web berbahasa Inggris.

Jumlah artikel yang dihasilkan Pravda yang berdiri sejak 2014 mengalami kenaikan selama setahun terakhir. Hingga Mei 2025 terdapat 23 ribu per hari atau naik hampir empat kali lipat dari tahun lalu sekitar 6 ribu per hari.

Lembaga Think tank asal Inggris, Institute for Strategic Dialogue (ISD) menyebutkan ratusan situs itu menautkan ke artikel dari jaringan pro-Kremlin. Mereka melakukan analisa lebih dari 80% kutipan yang dianalisa.

Hasilnya situs membuat artikel itu sebagai sumber yang kredibel. Selain itu juga melegitimasi narasi dan meningkatkan visibilitasnya.

Dengan memasukkannya pada situs web, ISD mengatakan membuat artikel bisa ditampilkan melalui mesin pencarian dan model bahsa besar. Termasuk ke dalam situs yang membantah jaringan Pravda sebagai sumber, dikutip dari The Guardian, Senin (24/11/2025).

Sementara itu, Pravda juga disebutkan ingin melakukan secara global. Pakar disinformasi Nina Jankowicz mengatakan kelompok itu ingin bisa hadir di berbagai negara.

"Jaringan Pravda telah berkembang cukup pesat selama setahun terakhir. Mereka menargetkan berbagai bahasa, ingin hadir di berbagai negara," jelasnya.

Sejumlah pakar keamanan mengungkapkan kekhawatiran percobaan untuk menyebarkan paham Pro-Rusia dalam chatbot populer seperti ChatGPT dan Gemini. Caranya dengan menyebarkan disinformasi dalam jumlah besar.

Pada studi yang dilakukan awal tahun ini juga mengungkapkan hal tersebut. Salah satu contohnya adalah respon chatbot yang menyatakan AS membangun senjata biologis di Ukraina atau Perancis memasok tentara bayaran ke Kyiv.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China dan Rusia Dibabat Habis, 11.000 Akun Hilang Seketika


Most Popular