3,5 Miliar Data Pengguna WhatsApp Bocor, Ini Kata Peneliti
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian mengungkap bahwa isu keamanan data terjadi pada pengguna WhatsApp. Para akademisi dari University of Vienna mengklaim berhasil mengumpulkan data pribadi 3,5 miliar pengguna aplikasi tersebut.
Dalam laporan yang dikutip dari The Register, para peneliti menyebut data yang mereka dapatkan, mulai dari nomor telepon, timestamp, teks "about", foto profil, hingga public key enkripsi end-to-end (E2EE). Ini berpotensi menjadi kebocoran data terbesar dalam sejarah jika bukan karena penelitian ini dilakukan secara bertanggung jawab.
Penelitian itu memanfaatkan mekanisme WhatsApp yang memungkinkan pengguna memeriksa nomor telepon untuk mengetahui apakah nomor tersebut memiliki akun. Dengan tidak adanya batasan eksplisit untuk kueri nomor telepon, tim Austria tersebut mampu melakukan permintaan data hingga 100 juta per jam.
Hasilnya, mereka mengonfirmasi keberadaan 3,5 miliar nomor yang terdaftar di WhatsApp. Angka ini bahkan melampaui klaim resmi WhatsApp yang selama ini menyebut platformnya digunakan oleh "lebih dari 2 miliar" orang.
Temuan lainnya menunjukkan bahwa 57% nomor WhatsApp memiliki foto profil yang dapat diakses publik, dengan dua pertiga di antaranya menampilkan wajah manusia. Menurut peneliti, hal ini membuka potensi penyalahgunaan untuk membuat reverse phonebook berbasis foto.
Meski demikian, para peneliti menegaskan bahwa data yang berhasil dikumpulkan adalah informasi yang memang tersedia untuk publik, kecuali jika pengguna mengatur privasi profil mereka.
Meta sebagai pemilik WhatsApp langsung merespons temuan tersebut dengan menerapkan langkah pencegahan baru.
"Para peneliti membuat daftar nomor telepon, memeriksa pendaftarannya, dan menyusun informasi publik dasar yang tersedia untuk 'semua orang' dengan cara yang melampaui batas penggunaan yang kami maksudkan," kata Meta dalam pernyataan resminya, dikutip dari PCGamer, Jumat (21/11/2025).
"Kami telah meluncurkan mitigasi baru, termasuk sistem anti-scraping terdepan yang sebelumnya sudah dikembangkan. Kami berterima kasih kepada para peneliti atas kolaborasinya dalam menguji mitigasi dan memperkuat pertahanan kami," tambah perusahaan tersebut.
(fab/fab)