TikTok Berubah, Pengguna Jangan Tertipu Konten Palsu
Jakarta, CNBC Indonesia - TikTok meluncurkan fitur baru yang memungkinkan pengguna mengontrol seberapa banyak konten hasil kecerdasan buatan (AI) yang muncul di laman For You.
Langkah ini menjadi upaya terbaru perusahaan untuk mengatasi konten AI realistis yang berpotensi menyesatkan pengguna.
Fitur bernama AI-generated content control tersebut hadir di menu Manage Topics dalam aplikasi. Pengguna dapat menggeser pengaturan untuk meningkatkan atau mengurangi intensitas kemunculan konten AI, layaknya memilih kategori seperti olahraga atau kuliner.
"Manage Topics sudah memungkinkan orang menyesuaikan seberapa sering mereka melihat konten terkait lebih dari 10 kategori seperti Tari, Olahraga, dan Makanan & Minuman," jelas TikTok dalam sebuah posting blog, dikutip dari TechCrunch, Rabu (19/11/2025).
"Seperti kontrol tersebut, pengaturan AIGC bertujuan membantu orang menyaring beragam konten di feed mereka, bukan menghapus atau mengganti konten sepenuhnya," imbuh perusahaan.
Kehadiran fitur ini tidak lepas dari meningkatnya tren video AI di berbagai platform teknologi. Meta dan OpenAI sudah lebih dulu merilis feed khusus AI lewat Vibes dan Sora.
Sejak itu, video AI yang tampak seperti nyata semakin mudah ditemukan di TikTok, termasuk untuk topik sejarah maupun selebritas.
TikTok menegaskan fitur baru ini ditujukan agar pengguna dapat mengatur pengalaman menonton sesuai preferensi, bukan menghapus kategori konten sepenuhnya.
Tak hanya itu, TikTok juga mulai menguji teknologi invisible watermarking, sebuah penanda digital yang tidak terlihat dan hanya dapat dibaca oleh sistem TikTok. Teknologi ini membuat label AI sulit dihapus ketika video diposting ulang atau diedit di platform lain.
Sebelumnya, TikTok sudah menggunakan standar Content Credentials dari C2PA yang menyematkan metadata pada konten AI. Namun, metadata itu kerap hilang saat konten diunggah ulang di luar TikTok.
Dengan invisible watermark, TikTok menambah lapisan keamanan baru untuk memastikan pengguna tidak terkecoh konten AI palsu atau menyesatkan.
Watermark tersebut akan diterapkan pada konten AI yang dibuat menggunakan alat TikTok seperti AI Editor Pro, serta konten yang diunggah dengan metadata C2PA. TikTok menyebut sistem ini akan membantu pelabelan konten menjadi lebih andal dan konsisten.
Sebagai bagian dari upaya melawan misinformasi berbasis AI, TikTok juga mengumumkan dana literasi AI senilai US$2 juta. Dana ini akan diberikan kepada pakar dan organisasi seperti Girls Who Code untuk memproduksi konten edukasi terkait keamanan dan literasi AI.
(fab/fab)