Krisis Baru Mengancam Dunia, Beli HP Bisa Bikin Miskin
Jakarta, CNBC Indonesia - Samsung Electronics menaikkan harga sejumlah chip memori hingga 60% pada November ini. Lonjakan harga terjadi di tengah kelangkaan chip yang dipicu perlombaan global membangun pusat data berbasis kecerdasan buatan (AI).
Menurut sumber Reuters, dikutip Senin (17/11/2025), Samsung menunda pengumuman harga kontrak pada Oktober dan baru menetapkannya bulan ini. Biasanya, perusahaan mengumumkan harga secara bulanan.
Kenaikan ini memicu kekhawatiran perusahaan besar yang tengah membangun infrastruktur data skala masif.
Sebab, chip memori DDR5 yang mengalami kenaikan harga ini merupakan komponen penting dalam server dan perangkat komputasi berperforma tinggi.
Dampaknya, biaya produksi untuk ponsel pintar, komputer, dan peralatan elektronik lain juga berpotensi ikut meningkat.
Tobey Gonnerman, Presiden Fusion Worldwide, mengatakan banyak produsen server kini harus menerima kenyataan bahwa mereka tidak akan mendapatkan pasokan cukup.
"Premi harga yang dibayarkan sangat ekstrem," ujarnya.
Menurut data, harga kontrak modul memori DDR5 32GB Samsung melonjak menjadi US$239 (sekitar Rp 4 juta) pada November, dari sebelumnya US$149 (sekitar Rp 2,5 juta) pada September.
Kenaikan harga juga terjadi pada chip DDR5 16GB dan 128GB masing-masing sekitar 50%, menjadi US$135 (sekitar Rp 2,25 juta) dan US$1.194 (sekitar Rp 20 juta). Sementara itu, harga DDR5 64GB dan 96GB meningkat lebih dari 30%.
Kenaikan harga juga dikonfirmasi sumber lain yang mengetahui kebijakan internal Samsung. Namun perusahaan menolak memberikan komentar resmi.
Kelangkaan chip memori ini bahkan memicu aksi borong dari sejumlah pelanggan. SMIC, produsen chip kontrak terbesar di China, mengatakan kekurangan chip memori membuat sejumlah klien menahan pesanan untuk chip jenis lain.
Xiaomi juga memperingatkan bahwa lonjakan harga chip memori turut mendongkrak biaya produksi ponsel.
Meski menekan industri downstream, krisis ini justru menjadi angin segar bagi Samsung. Perusahaan sebelumnya tertinggal dari pesaing dalam pengembangan chip AI, sehingga belum menikmati lonjakan keuntungan sebesar kompetitornya.
Namun, lambatnya peralihan ke chip AI justru memberi Samsung ruang lebih besar dalam mengatur harga chip memori dibandingkan SK Hynix maupun Micron.
Analis TrendForce, Ellie Wang, memproyeksikan Samsung akan kembali menaikkan harga kontrak kuartalan sebesar 40%-50% pada periode Oktober-Desember. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata kenaikan industri yang diperkirakan berada di kisaran 30%.
"Mereka benar-benar yakin harga akan meningkat. Dan alasan utamanya adalah kini permintaan sangat kuat, dan semua pihak tengah menyusun perjanjian jangka panjang dengan pemasok," katanya, seraya menambahkan bahwa perjanjian tersebut berlaku hingga 2026 atau gabungan 2026 dan 2027.
(dem/dem)