Ramai-ramai Belanja di Ecommerce, Nilainya Tembus Rp 3.000 Triliun
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai ekonomi digital Asia Tenggara tembus US$300 miliar atau sekitar Rp 5.000 triliun. Sektor e-commerce jadi penyumbang terbesar sebanyak US$185 miliar atau Rp 3.093 triliun.
"Adopsi digital yang berkelanjutan dan strategi monetisasi efektif menghasilkan kebangkitan kembali sektor e-commerce, pengiriman makan yang mendekati profitabilitas, kebangkitan media retail dan kaburnya batas antara format hiburan," ungkap laporan Google, Temasek, dan Bain & Company bertajuk eConomy Sea 2025.
Selain e-commerce, adapula sektor travel yang mencatatkan US$51 miliar (Rp 852 triliun). Berikutnya ada transportasi dan makanan sserta online media yang masing-masing membukukan total US$34 miliar (Rp 568 triliun).
Nilai e-commerce sendiri terdiri dari grocery US$24 miliar (Rp401 triliun) dan non-grocery sebanyak US$161 miliar (Rp 2.692 triliun). Angka tersebut naik dari 2024 berjumlah US$156 miliar (Rp 2.659 triliun) dengan pembagian US$20 miliar (Rp 334 triliun) grocery dan bukan grocery berjumlah US$136 miliar (Rp 2.274 triliun).
Laporan itu juga memproyeksikan pemasukan e-commerce bakal mencapai US$359 miliar. Non-grocery akan naik hampir dua kali lipat dari tahun ini menjadi US$300 miliar, begitu juga produk grocery mencapai US$59 miliar.
Dalam keterangannya, laporan itu menjelaskan pasar e-commerce mengalami banyak konsolidasi. Beberapa pemain lokal diketahui keluar dari pasar, kemudian konsolidasi terjadi pada sejumlah kecil perusahaan regional besar.
Laporan yang sama juga melihat adanya peningkatan kontribusi pada transaksi di e-commerce (GMV) sekitar 25%. ini didorong transaksi nilai rendah yang tinggi, rekomendasi kreator lokal dan integrasi sosial-ecommerce yang lancar.
AI juga jadi tema yang disinggung dalam laporan terkait e-commerce. Karena teknologi tersebut dilibatkan saat berbelanja.
Misalnya pengguna menggunakannya untuk mendapatkan bantuan pada riset dan pengambilan keputusan. Begitu juga para platform mengandalkannya untuk rekomendasi produk.
"62% konsumen di Asia Tenggara mengatakan fitur dengan dukungan AI , seperti rekomendasi produk personal, mempengaruhi keputusan mereka membelinya," kata laporan itu.
Populasi kreator juga makin meroket, karena konsumen menyukai rekomendasi yang autentik. Mereka terlihat nampak beragam, dari kreator papan atas saja hingga influencer niche dan menengah.
(fab/fab)