Drama 60 Detik, Emosi 24 Jam! Dunia Tersandera Ekspor Dracin China
Jakarta, CNBC Indonesia- Dracin, singkatan dari Drama China, yang sering dianggap sekadar hiburan selingan, menjadi komoditas digital bernilai ratusan triliun rupiah yang menjelma ekspor budaya baru Negeri Tirai Bambu.
"Dilanjutin sebel, gak dilanjutin bikin penasaran" - komentar seperti ini kerap muncul di kolom video pendek TikTok, Reels, atau Shorts bertema Dracin.
Fenomena micro-drama atau ultra-short drama ini menawarkan kisah dua hingga tiga menit per episode, dengan gaya sinetron mini penuh plot twist dan cliffhanger.
Di China, format ini tumbuh pesat sejak pandemi ketika masyarakat lebih banyak mengonsumsi video vertikal lewat ponsel. Kini, format yang dulu dianggap "receh" justru menjadi industri global bernilai US$8 miliar (Rp132 triliun) pada 2024, menurut Media Partners Asia.
Dari Chengdu hingga Beijing, ribuan studio kecil berlomba memproduksi drama vertikal berdurasi 60-90 detik. Biaya produksinya relatif rendah sekitar US$150.000-300.000 per seri dengan waktu pengerjaan hanya delapan hingga sepuluh hari. Namun efeknya luar biasa: jutaan penonton, miliaran tontonan harian, dan ratusan merek yang kini menjadikan Dracin sebagai kanal pemasaran baru.
Laporan The Irish Times mencatat, pasar ultra-short drama China mencapai CNY37,4 miliar (US$4,8 miliar) pada 2023 setara hampir 70% dari pendapatan box office film nasional.
Dengan tren itu, perusahaan seperti ByteDance, Tencent, dan Kuaishou menjadikan drama vertikal sebagai komoditas ekspor terbaru, sekelas TikTok. Bahkan, platform seperti ReelShort milik Crazy Maple Studio berhasil menyalip TikTok dalam jumlah unduhan di Amerika Serikat pada akhir 2023.
Ekspansi global ini bukan tanpa strategi. Menurut Sixth Tone, rumah produksi China mulai menyesuaikan tema dengan pasar: kisah CEO dominan dan cinta urban untuk AS, konflik keluarga untuk Eropa, hingga drama berlatar budaya Islam untuk pasar Indonesia dan Timur Tengah. Semua dibungkus dalam durasi mini namun emosional, seperti snack content yang dikonsumsi saat istirahat kopi atau di dalam MRT.
Pola konsumsi ini juga mirip model bisnis lama yakni web novel.
Di era 2000-an, novel daring China dikenal karena bab-bab pendek dan sistem bayar per episode. Kini, prinsip yang sama digunakan dalam micro-drama: beberapa episode pertama gratis, sisanya berbayar melalui koin digital atau iklan. Tahun 2030, porsi pendapatan industri ini diperkirakan berasal 74% dari in-app purchase, 25% dari iklan, dan 1% dari belanja daring.
Menurut Media Partners Asia, dengan pertumbuhan tahunan majemuk di atas 16%, micro-drama diprediksi menjadi industri hiburan digital paling cepat tumbuh di dunia. Nilai pasar China sendiri diperkirakan melonjak menjadi US$16,2 miliar (Rp269 triliun) pada 2030, sementara pasar luar negeri naik hampir sepuluh kali lipat menjadi US$9,5 miliar.
Menariknya, format vertikal yang minim latar dan padat konflik justru memudahkan adaptasi lintas bahasa. Cinta terlarang, CEO arogan, hingga kisah balas dendam domestik semua menembus batas budaya. Alur cepat, emosi padat, dan "ganjaran visual" di tiap menit membuatnya efektif memikat penonton global.
Dengan biaya murah, daya tular tinggi, dan algoritma sosial media sebagai mesin distribusi, Dracin kini lebih dari sekadar tontonan: ia menjadi komoditas ekspor kreatif terbaru China, menyusul keberhasilan TikTok dan e-commerce murahannya. Di era ekonomi perhatian (attention economy), rupanya rasa penasaran adalah bahan baku paling mahal yang kini berhasil dijual China ke dunia.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)