AI Bikin Warga RI Kaya Lebih Cepat, Begini Caranya

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Selasa, 28/10/2025 14:50 WIB
Foto: Ilustrasi artificial Intelegence (AI). (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dinilai akan menjadi mesin pendorong utama bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan middle-income trap dan menuju status negara berpenghasilan tinggi (high-income country) pada 2045.

Laporan bertajuk 'Empowering Indonesia 2025' yang disusun oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bersama Twimbit, adopsi AI berdaulat berpotensi menambah US$140 miliar terhadap PDB Indonesia pada 2030.

Selain itu juga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan hingga 6,8%, serta mempercepat pencapaian status negara berpenghasilan tinggi ke 2041, atau bahkan 2038 dalam skenario terbaik.


Teknologi ini memiliki potensi besar untuk mendorong produktivitas tenaga kerja, namun perlu dukungan kuat dari sisi infrastruktur, talenta, riset, industri, dan regulasi.

"Pertama, bagaimana kita bisa mengembangkan dan melahirkan investasi perusahaan domestik ke Indonesia, khususnya dalam bidang AI. Kalau berpikir AI, kita harus berpikir bagaimana Indonesia bisa menjadi pemain, bukan sekadar pengguna," ujar Manoj Menon Founder dan CEO Twimbit, dalam peluncuran Empowering Indonesia 2025 di Kantor Indosat, Jakarta, Senin (27/10/2025).

Adapun sektor yang akan paling banyak terdampak antara lain manufaktur (US$357 miliar), agrikultur (US$291 miliar), perdagangan grosir dan ritel (US$279 miliar), serta informasi dan komunikasi (US$121 miliar).

Adapun pada 2045, skenario dengan adopsi AI dapat membawa Indonesia mencapai total PDB US$7,4 triliun, dengan PDB per kapita US$23.199 dan populasi mencapai 319 juta jiwa.

Laporan ini memetakan lima pilar utama untuk mewujudkan kedaulatan AI nasional, yakni, infrastruktur digital yang kuat, talenta AI berkelanjutan, pertumbuhan industri AI, melalui kolaborasi lintas sektor publik dan swasta, kemampuan riset dan pengembangan AI, serta regulasi dan etika AI yang kuat.

Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menegaskan pentingnya peran sektor telekomunikasi dalam membangun fondasi AI nasional.

"Saya hanya ingin berbagi kepada Anda semua tentang peran penting yang dimainkan oleh sektor telekomunikasi. Kami telah lama berkecimpung dalam bisnis konektivitas." ujar Vikram.

Ia menambahkan bahwa kedaulatan AI bukan hanya soal teknologi, tetapi juga kemandirian bangsa.

"Kedaulatan AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang membangun masa depan yang dimiliki dan dikendalikan oleh Indonesia sendiri," tegasnya.

Selain itu, Empowering Indonesia Report 2025 menyoroti kebutuhan pengembangan 400 ribu talenta AI pada 2030, dengan investasi sebesar US$ 968 juta untuk pendidikan, pelatihan,dan reskilling tenaga kerja.

Menurut catatan, Indonesia saat ini memiliki 364 startup AI dengan total pendanaan mencapai US$ 1,08 miliar, serta inisiatif riset nasional seperti Sahabat-AI V2, Large Language Model (LLM) berparameter 70 miliar yang mendukung bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Batak.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria, menilai inovasi lokal ini menjadi bukti bahwa Indonesia mulai beralih dari pengguna menjadi pembentuk teknologi AI global.

"Saya kira Indosat juga punya komitmen yang cukup kuat dengan sejumlah program lewat Sahabat AI dan dilakukan satu upaya untuk membuat model AI yang Indonesia. Dan ini juga menjadi satu komitmen yang cukup kuat," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

"Dewan Ekonomi Nasional juga menyampaikan bahwa kita kedepan dalam pembangunan AI Indonesia. Dan tentu itu beliau sangat yakin juga dalam satu diskusi bersama kami bahwa sejumlah talent kita sedang berkumpul," pungkasnya.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Langkah Serius Komdigi Dorong Inovasi & Mitigasi Risiko Era AI