Perang Saudara Menggila di China, Ramai-ramai Bakar Uang

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
09 September 2025 21:00
Ilustrasi ecommerce. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi ecommerce. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertarungan sengit di antara e-commerce besar China untuk memenangkan perang "ritel instan" di dalam negeri diperkirakan akan makin menekan laba jangka pendek hingga menengah mereka.

Alibaba, Meituan, dan JD.com saling jor-joran diskon hingga kupon untuk merebut pangsa pasar, namun strategi ini justru membakar uang mereka hingga menekan margin keuntungan.

Analis memperingatkan persaingan ini akan memangkas laba jangka pendek hingga menengah, sekaligus menambah tekanan deflasi di ekonomi terbesar kedua dunia tersebut. Bahkan analis memperkirakan total pembakaran uang industri ini mencapai lebih dari US$4 miliar hanya dalam kuartal II 2025 untuk promosi dan subsidi.

"Persaingan semakin menantang, mirip permainan berisiko tinggi di mana investasi awal pemain yang menyerah lebih dulu akan terbuang sia-sia. Kami memperkirakan persaingan intens ini akan berlanjut setidaknya hingga festival belanja [Singles' Day] pada November," kata Kenneth Fong, Kepala Riset Internet UBS Investment Bank di China, dikutip dari Reuters, Selasa (9/9/2025).

CEO JD.com Sandy Xu bahkan menyebut adanya persaingan berlebihan yang tidak berkelanjutan, sementara CEO Meituan Wang Xing menilai industri memasuki fase baru kompetisi. PDD Holdings juga mengakui persaingan kian intensif sepanjang kuartal berjalan.

Awal tahun, JD.com meluncurkan aplikasi baru untuk menyaingi bisnis inti pengiriman makanan Meituan. Alibaba kemudian mengikuti dengan meningkatkan investasi pada aplikasi Ele.me. Semua perusahaan berkomitmen menggelontorkan dana miliaran dolar untuk memenangkan pasar.

S&P Global memperkirakan ketiga perusahaan besar itu akan menghabiskan sedikitnya 160 miliar yuan dalam 12-18 bulan ke depan demi mempertahankan atau memperluas pangsa pasar. Margin diprediksi sulit pulih dalam 1-2 tahun ke depan.

Meituan diperkirakan paling terpukul karena bisnis pengiriman makanan menjadi kontributor utama pendapatannya. JD.com pun mencatat kerugian di segmen ini yang hampir menghapus laba kuartal II, sementara Alibaba dinilai relatif lebih aman.

Meski demikian, perusahaan tetap yakin kerugian jangka pendek akan terbayar dengan potensi keuntungan jangka panjang. Alibaba memperkirakan segmen ritel instan dapat menambah 1 triliun yuan nilai transaksi tahunan dalam tiga tahun mendatang.

Namun, regulator berulang kali mengingatkan agar perusahaan tidak terjebak dalam perang harga balapan ke dasar. Juli lalu, Meituan, Alibaba, dan JD.com bahkan terpaksa mengeluarkan pernyataan resmi berkomitmen menahan persaingan harga.

"Kami memperkirakan komitmen perusahaan terhadap kebijakan pemerintah dalam mencegah involusi akan secara bertahap menormalkan dinamika persaingan," kata Ying Wang, Analis Senior Moody's Ratings.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bangkitnya Raja Ecommerce China Setelah Ditinggal Pendiri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular