
Asal Usul Cerita Nabi Nuh Ditemukan, Ternyata Berita Bohong

Jakarta, CNBC Indonesia - Asal usul cerita Nabi Nuh dibongkar ilmuwan Inggris. Sebuah tablet berusia 3.000 tahun ditemukan bertuliskan cerita banjir besar dan perahu yang ditumpangi semua hewan di Bumi.
Dalam buku berjudul Duplicity in the Gilgamesh Flood, Martin Worthington dari Universitas Cambridge membeberkan perbedaan dan persamaan kisah Nabi Nuh dengan sebuah kisah dari era peradaban Babilonia.
Cerita serupa dengan kisah Nabi Nuh tertulis dalam sembilan baris di dalam Epic of Gilgamesh. Tulisan tersebut diterjemahkan dari huruf paku yang tertulis di tablet tanah liat dari era 1.000 tahun sebelum Masehi.
Dalam cerita tersebut, dewa Babilonia bernama Ea mengirim banjir besar yang menenggelamkan semua manusia kecuali seorang bernama Uta-napishti dan keluarganya. Uta-napishti diceritakan berhasil selamat dari banjir besar menggunakan kapal raksasa yang dipenuhi oleh hewan.
Worthington melakukan analisis lebih lanjut terhadap kisah tersebut. Berbeda dengan Nabi Nuh di Injil dan Alquran, tokoh di dalam kisah Babilonia membuat kapal raksasa karena ditipu oleh dewa Ea.
"Ea menipu manusia dengan menyebarkan berita palsu. Dia meminta agar Uta-napishti menyampaikan janji ke 'umat'-nya bahwa makanan akan berjatuhan dari langit jika mereka membantu membangun kapal raksasa," katanya seperti dikutip dari IFL Science, Senin (2/9/2025).
Pesan Ea disampaikan dalam pesan sembilan baris yang mengandung permainan dua kata yang punya makna berbeda tapi terdengar sama. Ia memberi contoh frasa dalam bahasa Inggris seperti "ice cream" yang berarti es krim dan "I scream" yang berarti saya berteriak.
"Pesan Ea terdengar seperti janji makanan jatuh dari langit, padahal tersirat peringatan banjir. Setelah kapal selesai, Uta-napishti dan keluarganya langsung naik dan berhasil selamat dengan sekumpulan hewan. Selain mereka, semua tenggelam. Kisah ini, di era mitologi, manipulasi informasi dan bahasa sudah dimulai. Ini adalah contoh paling awal dari berita bohong," kata Worthington.
Permainan kata tersebut muncul dari dua baris yang bisa dimaknai berbeda yaitu "ina šēr(-)kukkī" dan "ina lilâti ušaznanakkunūši šamūt kibāti."
Makna pertama adalah "pada fajar alan ada kue-kukku, pada malam ia akan menghujani kalian dengan hujan gandum." Makna kedua, "lewat mantra, menggunakan monster angin, ia akan menurunkan hujan setebal gandum."
Pada intinya, warga Uta-napishti dibuat bingung antara dua hal yang bisa berarti berkah atau bencana, dan menerjemahkannya sebagai berkah. Lalu diceritakan, setelah mereka bersusah payah membantu Uta-napishti, mereka tenggelam.
"Ea sangat jelas pintar bermain kata, sehingga bisa menyampaikan banyak makna di dalam satu pernyataan," kata Worthington.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
