Dibajak Gaji Tinggi, Karyawan Malah Kompak Resign Baru Sebulan Kerja

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Kamis, 28/08/2025 08:45 WIB
Foto: Infografis/Ngeri! Facebook Disebut Monopoli & Pembunuh Kompetitor!/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Taruhan besar Meta pada pengembangan "superintelligence" mulai goyah. Sejumlah karyawan kunci justru memilih hengkang meski perusahaan menawarkan gaji selangit demi memperkuat divisi barunya.

Menurut laporan Business Insider, setidaknya delapan pegawai Meta keluar dalam dua bulan terakhir, termasuk peneliti, insinyur, hingga pimpinan senior produk. Mereka mundur tak lama setelah CEO Mark Zuckerberg mengumumkan pembentukan Meta Superintelligence Labs (MSL), divisi anyar yang dirancang menghadirkan "personal superintelligence" untuk semua orang.

Para pegawai yang keluar sebagian besar merupakan veteran yang sebelumnya membangun infrastruktur inti AI Meta, diikuti beberapa rekrutan baru yang sempat digoda dengan tawaran kompensasi gaji bernilai ratusan juta dolar, serta merekrut talenta dari OpenAI dan Google DeepMind.


"Beberapa orang keluar adalah hal yang normal bagi organisasi sebesar ini. Sebagian besar dari mereka sudah bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun, dan kami mendoakan yang terbaik bagi mereka," kata juru bicara Meta.

Namun, kedatangan pegawai baru dengan gaji besar justru memicu ketegangan internal. Ancaman eksodus mulai bermunculan di tengah operasi AI Meta yang terus meluas, terutama mereka yang telah bergabung sebelum dorongan besar ke arah superintelligence.

Salah satu veteran, Bert Maher, memutuskan hengkang setelah 12 tahun di Meta untuk bergabung dengan Anthropic. Ia sebelumnya ikut mengembangkan PyTorch, perangkat lunak open source yang populer untuk melatih AI, dan Triton, bahasa pemrograman untuk mengoptimalkan model AI.

Tony Liu, yang delapan tahun bekerja di Meta memimpin tim PyTorch GPU, juga mundur. Melalui LinkedIn, Liu menyebut akan meluncurkan newsletter seputar pengembangan dan skala sistem AI.

Chi-Hao Wu, spesialis AI dan machine learning, keluar setelah lima tahun untuk menjadi Chief AI Officer di startup Memories.ai. Ia menuturkan bahwa beberapa pekerja merasa kondisi kerja di Meta kerap tidak stabil karena seringnya reorganisasi.

Beberapa eks pegawai Meta justru bergabung ke OpenAI, rival terkuat perusahaan dalam persaingan AI.

Tak hanya veteran, sejumlah rekrutan anyar juga buru-buru angkat kaki dari perusahaan. Wired melaporkan dua peneliti, Avi Verma dan Ethan Knight, keluar kurang dari sebulan setelah bergabung dan kembali ke OpenAI.

Sementara itu, Rishabh Agarwal yang baru bergabung dari Google DeepMind pada April lalu, memilih hengkang setelah lima bulan. Lewat posting di X, ia memuji kepadatan talenta dan komputasi di Meta, namun mengaku ingin mengambil risiko berbeda.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Transaksi AI Asia Pasifik Diramal Rp520 Triliun, RI Dapat Cuan?