
Raja Ecommerce Tutup di RI, Nasibnya Sekarang Makin Miris

Jakarta, CNBC Indonesia - Raja e-commerce asal China, Temu, mendapat tekanan bertubi-tubi untuk memperluas layanannya di skala global. Di Indonesia, Temu dilarang beroperasi lantaran dikhawatirkan akan 'membunuh' UMKM lokal.
Di Amerika Serikat (AS), Temu juga dihadang penghapusan 'de minimis' oleh pemerintahan Trump yang membuat barang-barang super murahnya tak lagi mendapat pembebasan bea masuk.
Kini, PDD Holdings yang membawai Temu (global) dan Pinduoduo (domestik) melaporkan penurunan laba 21%. Kendati demikian, pendapatannya naik 7% menjadi 103,98 miliar yuan atau di atas estimasi analis yang mematok 103,34 miliar yuan.
Pendapatan PDD Holdings tak berbanding lurus dengan profit perusahaan. Hal ini menunjukkan dampak dari kompetisi dan tekanan yang kian sengit, membuat PDD Holdings terpaksa menurunkan margin.
"Pada kuartal terakhir, persaingan industri makin ketat. Dengan latar belakang ini, pertumbuhan pendapatan kami melambat dan laba operasional menurun signifikan pada kuartal kedua," ujar Jiazhen Zhao, salah satu CEO PDD, dalam panggilan telepon dengan para analis, dikutip dari Reuters, Selasa (26/8/2025).
"Kami tidak yakin tingkat laba kuartal ini akan terus terjadi dan memperkirakan akan terjadi fluktuasi laba di kuartal-kuartal mendatang," ia menambahkan.
Pemerintah Cina telah berupaya untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri guna menghidupkan kembali ekonomi yang lesu dan menghadapi beberapa tekanan, termasuk sektor properti yang lemah dan kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump.
Untuk membantu menopang permintaan, perusahaan-perusahaan e-commerce besar, termasuk Pinduoduo, JD, dan Alibaba telah menerapkan diskon besar-besaran dan penawaran promosi. Namun, hal itu justru memicu perang harga.
Selain kebutuhan untuk menjaga harga tetap rendah di China, margin PDD mengalami tekanan dalam beberapa kuartal terakhir akibat investasi miliaran dolar dalam program dukungan pedagang dan kenaikan tarif AS yang terkait dengan pengiriman internasional.
Pendapatan kuartal kedua menunjukkan PDD telah meningkatkan pengeluaran secara menyeluruh pada segala hal, mulai dari biaya server hingga biaya penjualan dan pemasaran sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan ekosistem bagi pedagang dan konsumen.
Temu juga telah beralih ke model "pengelolahan penuh" di mana perusahaan memiliki kendali lebih besar atas pemilihan produk, harga, dan logistik, dengan harapan dapat memanfaatkan jaringan rantai pasoknya yang luas untuk menjaga harga tetap rendah.
Meskipun demikian, sebuah survei yang dirilis bulan ini oleh perusahaan pemasaran daring Omnisend menemukan bahwa 30% pembeli AS telah merasakan kenaikan harga di Temu.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Raja Ecommerce China Ditolak RI, Nasibnya Makin Suram
