Negara Barat Sudah Kecanduan Produk China, Ini Buktinya

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
25 August 2025 21:00
Bendera As dan China. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration)
Foto: Bendera AS dan China. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration)

Jakarta, CNBC Indonesia - TikTok, aplikasi di bawah ByteDance asal China, dicintai banyak orang di negara Barat. Di tengah ancaman pemblokiran di Amerika Serikat (AS), ternyata antusiasme masyarakat negara-negara Eropa terhadap TikTok tak ciut.

Pendapatan TikTok dilaporkan mengalami kenaikan signifikan di pasar Eropa. Laporan Companies House menyebutkan pendapatan TikTok di luar AS melonjak 38% menjadi US$6,3 miliar atau Rp 102,3 triliun.

Platform besutan ByteDance itu mengantongi pendapatan lebih dari dua kali sejak 2022 lalu di Inggris, Amerika Latin, dan Eropa, dikutip dari Forbes, Senin (25/8/2025).

Pada tahun 2024, kerugian sebelum pajaknya menyempit menjadi US$616 juta (Rp 10 triliun). Ini turun dari US$1,47 miliar (Rp 23,8 triliun) setahun sebelumnya.

Semua ini terjadi saat AS memerintahkan ByteDance menjual TikTok untuk operasional di negara tersebut atau diblokir. Namun perintah tersebut belum dilakukan, sebab Presiden AS Donald Trump sudah berulang kali menangguhkannya.

TikTok juga mendapatkan banyak tuntutan hukum. Bahkan perusahaan mengalokasikan US$1 miliar (Rp 16,2 triliun) untuk menutupi denda di masa depan dari pemerintah Eropa.

Komisi Eropa membuka proses hukum pada TikTok akhir tahun lalu. Lembaga itu menuding platform berbagi video gagal mengurangi risiko integritas pemilu dengan mengizinkan akun palsu memiliki dampak hasil pemilu presiden 2024.

Sementara regulator Inggris tengah melakukan penyelidikan apakah TikTok menyalahgunakan data anak-anak. Di Spanyol, otoritas setempat menyelidiki dugaan perusahaan terlibat pada penargetan iklan ilegal serta parlemen Perancis memeriksa bahaya aplikasi pada psikologis anak.

TikTok juga diminta membayar denda US$1 miliar pada April lalu oleh otoritas perlindungan data Irlandia. Lembaga itu melakukan penyelidikan apakah ByteDance memfasilitas akses tidak sah dari China untuk data pengguna di Eropa.

TikTok menanggulangi masalah ini dengan inisiatif Project Clover. Perusahaan meluncurkan pusat data di Norwegia pada awal tahun dan rencana pembangunan pusat data kedua di Finlandia.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Deadline Diblokir, Amazon Mau Caplok TikTok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular