Paket Kuota Internet di RI Kemahalan Menurut Gen Z, Cek Datanya
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 80,66% penduduk Indonesia atau setara dengan 229,4 jiwa sudah terhubung dengan internet di 2025. Setidaknya begitu menurut laporan 'Profil Internet Indonesia 2025' yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2% dibandingkan tahun lalu. Ketua Umum APJII Muhammad Arif mengatakan PR selanjutnya adalah mengalirkan koneksi internet bagi 20% populasi yang belum terjamah.
"Salah satu kendala kita adalah infrastruktur telekomunikasi dan menumpuk dan belum merata. Padahal, jumlah Internet Service Provider (ISP) Indonesia saat ini [sekitar] 1.320," kata Arif dalam pemaparannya, Rabu (6/8/2025).
Menurut Arif, dibutuhkan regulasi yang benar-benar dapat mendorong penetrasi internet, bukan cuma soal pemerataan tetapi juga kualitasnya.
Dalam laporan Profil Internet Indonesia 2025, ada pula hal lain yang menjadi alasan masyarakat Indonesia tidak terkoneksi internet. Tak lain soal harga kuota internet yang dinilai masih relatif mahal.
Gen Z mencatat persentase tertinggi dalam menganggap harga kuota internet sebagai alasan utama tidak terhubung ke internet. Sebanyak 38,75% Gen Z menyebut bahwa membeli kuota terlalu mahal menjadi kendala terbesar mereka untuk bisa mengakses internet.
Selain Gen Z, generasi lainnya juga memiliki alasan dominan masing-masing terkait ketidakterhubungan ke internet. Seperti Gen X, yang paling banyak menyebut alasan tidak melihat manfaat menggunakan internet, dengan persentase mencapai 35,56%.
Sementara generasi tertua seperti Baby Boomer dan Pre-Boomer yang disurvei, paling banyak menyatakan keterbatasan fisik menjadi alasan tidak terkoneksi internet, masing-masing sebesar 57,63% dan 15,25%.
Sementara itu, Milenial dan Gen Z sama-sama mempermasalahkan biaya kuota, namun persentase Gen Z jauh lebih tinggi. Hanya 15% milenial yang menganggap membeli kuota terlalu mahal untuk mereka sebagai alasan tidak terkoneksi internet berdasarkan generasi.
Milenial mengatakan bahwa di wilayah tidak ada sambungan internet menjadi alasan terbesar mereka tidak terkoneksi internet. Besarannya mencapai 28,77%. Terbesar kedua (18%) mengatakan tidak memiliki komputer atau gadget yang dapat terhubung ke internet.
(fab/fab)