
Bakar Uang Triliunan, Nasib Facebook Memprihatinkan

Jakarta, CNBC Indonesia - Meta Platforms, induk Facebook, tengah menghadapi tekanan besar di tengah ambisi Mark Zuckerberg menguasai pasar kecerdasan buatan (AI) global.
Meski telah membakar dana lebih dari US$60 miliar (Rp984 triliun) untuk teknologi augmented reality (AR) dan ratusan triliun rupiah lagi untuk pengembangan AI, hasil yang diperoleh belum sebanding dengan pengeluaran.
Dalam laporan keuangan kuartal kedua (Q2) 2025, Meta diperkirakan mencatat pertumbuhan laba paling lambat dalam dua tahun terakhir, hanya 11,5% menjadi US$15,01 miliar (Rp246 triliun).
Pendapatan perusahaan hanya tumbuh 14,7%, paling lemah dalam tujuh kuartal terakhir. Sementara itu, biaya operasional mereka bengkak hampir 9% dan menjadi sorotan utama para analis.
Zuckerberg bahkan menginvestasikan US$14,3 miliar (Rp234 triliun) ke startup Scale AI dan membentuk Superintelligence Lab, sambil tetap melanjutkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di internal perusahaan. Langkah ini dinilai penuh risiko, apalagi model AI Meta, Llama 4, masih belum menunjukkan performa yang berarti.
Para investor masih akan mencermati apakah Meta akan kembali meningkatkan belanja modalnya tahun ini, setelah sebelumnya dinaikkan pada April.
Pekan lalu, Alphabet juga menaikkan proyeksi belanja modalnya sebesar 13% menjadi US$85 miliar (Rp1.394 triliun) karena lonjakan permintaan untuk layanan Google Cloud berbasis AI.
"Kami memandang kenaikan capex sebagai hal positif karena. Meta bisa menjadi solusi lengkap bagi banyak departemen pemasaran," ujar Ben Barringer, kepala riset teknologi di Quilter Cheviot, yang memegang saham Meta, dikutip dari Reuters, Rabu (30/7/2025).
Meskipun harga saham Meta naik 20% tahun ini, banyak pihak mempertanyakan ke mana arah strategi AI perusahaan. Analis eMarketer menilai, Meta memang berhasil mengintegrasikan AI dalam platform iklannya, namun upaya bersaing langsung dengan OpenAI dan Google DeepMind tampak berat dan menghabiskan modal.
Dengan meningkatnya persaingan di sektor AI dan tekanan dari pasar iklan yang lesu serta dominasi TikTok, masa depan Meta kini penuh ketidakpastian.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga RI Jadi Korban Maling Facebook-Rekening Ludes, Begini Modusnya
