Peneliti Microsoft Ungkap Pekerjaan yang Terancam Punah Diganti AI
Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti di Microsoft melakukan riset untuk menentukan profesi yang paling berpeluang lenyap digantikan AI (kecerdasan buatan). Mayoritas profesi yang terancam AI adalah pekerja kantoran.
Dalam laporan hasil penelitian berjudul "Working with AI: Measuring the Occupational Implications of Generative AI" yang belum melalui proses peer review, tim peneliti dari Microsoft melakukan analisis atas 200.000 percakapan antara pengguna dan Microsoft Bing Copilot untuk menemukan bidang pekerjaan yang paling terdampak AI.
Hasilnya, pekerjaan yang paling terancam punah gara-gara AI adalah pekerjaan yang "menyediakan informasi dan asistensi, penulisan, pengajar, dan penasihat."
Data yang diambil dari sampel digunakan untuk menyusun "skor penerapan AI" yang mengukur seberapa banyak AI digunakan di bidang pekerjaan tersebut dan tingkat kesuksesannya.
Skor tersebut kemudian menghasilkan profesi yang paling terancam diganti AI yaitu sejarawan, sales, penulis, pengarang, petugas layanan pelanggan. Di sisi lain, pekerjaan yang paling sulit tergantikan oleh AI adalah profesi operator mesin berat, pengemudi kapal mesin, asisten rumah tangga, tukang, terapis pijat, dan pencuci piring.
Kesimpulannya, ada kecenderungan pekerjaan fisik dengan tingkat upah rendah lebih sulit digantikan AI dibanding pekerjaan "kantoran."
Namun, menurut Futurism, penelitian tersebut memiliki beberapa kelemahan yaitu "cara dan tujuan orang menggunakan chatbot AI berbeda-beda." Hal ini menyebakan profesi seperti sejarawan, pengarang dan pengarang disebut mudah digantikan AI padahal pekerjaan tersebut membutuhkan intuisi, kualifikasi tinggi, dan kemampuan untuk membedakan informasi yang berlawanan satu sama lainnya.
Selain itu, tim peneliti menegaskan bahwa dampak AI bukan berarti seluruh manusia di bidang pekerjaan tersebut bakal tergantikan atau tingkat upah di profesi tersebut bakal anjlok.
"Ini salah, data kami tidak bisa menyimpulkan dampak teknologi baru hingga ke hilir, yang sangat sulit diprediksi. Contohnya ATM yang membuat pekerjaan utama teller di bank diotomatisasi. Namun, malah menambah jumlah teller karena bank bisa membuka cabang dengan biaya lebih mudah dan tugas teller bergeser untuk membina hubungan baik dengan nasabah, tidak hanya memproses penarikan dan penyetoran uang," kata tim peneliti.
Namun, posisi para peneliti sebagai pekerja di Microsoft harus diperhatikan. Alasannya, Microsoft punya kepentingan untuk mendorong adopsi teknologi AI lebih luas dan lebih cepat.
(dem/dem)