
Alasan Pasangan Tidak Punya Anak Laki-Laki Diungkap Ahli Harvard

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian dari Harvard berambisi mengungkap faktor yang menentukan jenis kelamin anak, termasuk alasan sepasang orang tua hanya punya anak perempuan atau hanya anak laki-laki.
Peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa dalam penentuan jenis kelamin anak ada "bias biologi" yang berperan.
Teorinya, peluang memiliki laki-laki maupun perempuan punya peluang yang sama atau 50:50.
"Teori ini berakar dalam meiosis yaitu saat sperma dihasilkan, kromosom X dan kromosom Y selalu diproduksi dalam jumlah yang sama," kata peneliti.
Namun, teori tersebut tidak terbukti dalam data. Dalam temuan para peneliti, data dari 58.007 wanita menunjukkan bahwa jumlah keluarga dengan semua anak perempuan ata semua laki-laki lebih tinggi dari 50:50.
Peneliti memberikan beberapa faktor yang berpotensi membuat peluang memiliki anak laki-laki atau anak perempuan lebih besar.
Alasan pertama adalah usia ibu saat hamil pertama. Penelitian menunjukkan bahwa potensi hanya memiliki anak laki-laki atau hanya anak perempuan makin tinggi seiring makin tua usia hamil pertama.
Selain itu, data menunjukkan ibu dengan tiga anak atau lebih punya peluang lebih besar memiliki anak yang semuanya laki-laki atau semuanya perempuan.
Kemudian, peneliti mencari faktor genomik. Peneliti berhasil mengidentifikasi varian gen yang terkait hanya punya anak laki-laki atau hanya punya anak perempuan, yaitu CYP2UI. Namun varian gen lain juga punya dampak serupa, yaitu NSUN6 yang dikaitkan hanya punya anak perempuan dan TSHZ1 yang dikaitkan dengan hanya punya anak laki-laki.
Peneliti juga mencatat beberapa faktor perilaku yang bisa menjadi faktor, misalnya pasangan yang terus mencoba sampai mereka punya anak laki-laki atau anak perempuan. Namun, dalam riset tersebut, peneliti juga memberikan kajian alternatif yang tidak memperhitungkan anak terakhir. Hasilnya, kecenderungan sama ditemukan.
Dalam riset tersebut, peneliti mengakui bahwa banyak keterbatasan dalam riset mereka yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Salah satunya adalah sampel yang kurang beragam.
"Studi populasi didominasi oleh perempuan kulit putih [95%] dan tinggal di Amerika Serikat. Karena preferensi hubungan seks dan perilaku reproduksi berbeda di budaya, agama, dan negara yang berbeda, hasil dari penelitian kami mungkin tak mewakili masyarakat lain."
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peneliti Harvard Yakin Temukan Pesawat Alien di Dasar Samudra Pasifik
