Mafia Kelas Kakap Diburu Satu Dunia, Sudah 3 Tahun Jadi Buronan
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok peretas dengan dalih aktivisme (hacktivist) pro-Rusia, NoName057 (16), diincar oleh satuan penegak hukum internasional. Kelompok tersebut telah melancarkan serangan DDoS di seluruh Eropa sejak 2022. Hingga kini, otoritas dunia masih terus memburu oknum-oknum yang tergabung dalam kelompok tersebut.
Sebagai informasi, DDoS adalah tipe serangan siber yang bertujuan melumpuhkan layanan online, misalnya web atau server, agar tidak bisa digunakan pengguna. Caranya dengan membanjiri lalu lintas internet dengan trafik sangat besar melalui malware atau botnet.
Operasi Eastwood yang dilancarkan untuk membasmi kampanye NoName057 (16) telah mengganggu lebih dari 100 server di seluruh dunia dan mengakibatkan 2 penangkapan, 7 surat perintah penangkapan internasional, dan 24 penggeledahan rumah di berbagai yurisdiksi.
Operasi yang dikoordinasikan oleh Europol dan Eurojust dengan partisipasi dari 12 negara ini berhasil membongkar jaringan kejahatan siber yang telah memobilisasi sekitar 4.000 anggota, dikutip dari Decode39, Kamis (17/7/2025).
Para mafia siber kelas kakap ini telah melakukan serangan terhadap berbagai entitas di berbagai negara di Eropa dan di Israel.
NoName057(16) menggunakan channel Telegram, forum khusus, dan aplikasi perpesanan untuk mendistribusikan alat, tutorial, dan rencana serangan.
Kelompok ini menggunakan teknik gamifikasi termasuk papan peringkat, lencana, dan hadiah mata uang kripto untuk menjaga anggota tetap aktif, terutama menargetkan individu yang lebih muda dengan mengklaim bahwa kelompok tersebut membela atau bekerja atas nama Rusia.
Anggota kelompok mengandalkan platform "DDoSia", yakni sumber terbuka dan botnet yang terdiri dari beberapa ratus server, yang memungkinkan kelompok tersebut meningkatkan kapasitas serangan.
Para peserta mengunduh malware yang memungkinkan mereka menyumbangkan sumber daya komputasi untuk serangan terkoordinasi, dengan kontributor paling aktif menerima insentif finansial dalam mata uang kripto.
Kelompok ini memilih target berdasarkan peristiwa politik. Awalnya, mereka menyerang situs web di Ukraina. Kemudian, mereka memperluas serangan ke negara-negara anggota NATO dan organisasi-organisasi yang mendukung Ukraina.
Beberapa serangan mereka terjadi selama pemilu Eropa, yang memengaruhi lembaga-lembaga pemerintah Swedia dan situs web perbankan. Mereka juga menjadwalkan serangan bertepatan dengan peristiwa politik besar, termasuk pidato presiden Ukraina di parlemen Swiss dan KTT NATO di Belanda.
Jerman mengeluarkan 6 dari 7 surat perintah penangkapan, dengan 2 tersangka diidentifikasi sebagai operator utama yang berdomisili di Rusia.
Operasi ini melibatkan bantuan dari lembaga penegak hukum di Ceko, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Latvia, Lituania, Belanda, Polandia, Spanyol, Swedia, Swiss, dan Amerika Serikat (AS).
(fab/fab)