Blokir Trump Sia-sia, Ternyata Amerika Butuh China
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak dilantik pada Januari 2025 lalu, Presiden AS Donald Trump makin ganas mengeluarkan kebijakan pembatasan ekspor untuk memblokir akses China terhadap chip canggih asal Amerika Serikat (AS).
Chip canggih itu diperlukan untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Pemerintahan Trump khawatir China akan mengembangkan AI untuk memperkuat militernya.
Raksasa chip AS, Nvidia, berulang kali mengatakan kebijakan pemblokiran akses chip ke China justru akan menjadi bumerang. Pasalnya, raksasa China mengambil peluang untuk menggarap pasar lokal dan membuat AS kehilangan klien besarnya.
Baru-baru ini, CEO Nvidia Jensen Huang berkunjung ke China. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar China sangat penting bagi kelangsungan bisnis Nvidia.
Selanjutnya, pada awal pekan ini, Nvidia mengatakan akan melanjutkan penjualan GPU H20 miliknya ke China. Nvidia juga memperkenalkan model baru yang dirancang untuk memenuhi syarat regulasi di pasar China.
Dalam unggahan di blog perusahaan, Nvidia mengajukan permohonan untuk melanjutkan penjualan H20 ke pemerintah AS dan berharap segera mendapatkan lisensinya. Pengiriman diperkirakan akan segera dimulai setelahnya.
Perusahaan mengumumkan GPU RTX Pro baru yang dirancang khusus untuk China. Nvidia menggambarkan model tersebut "sepenuhnya patuh" dan cocok untuk aplikasi AI kembaran digital di sektor-sektor seperti pabrik pintar dan logistik.
Huang bertemu dengan Presiden AS Donald Trump dan para pembuat kebijakan di Washington dan kemudian dengan para pejabat di Beijing, sebagai bagian dari upaya untuk mempromosikan kerja sama AI dan menyoroti dukungan Nvidia untuk penelitian sumber terbuka (open-source) dan pengembangan AI global.
Pada Mei 2025, Reuters melaporkan bahwa perusahaan tersebut berencana untuk merilis versi yang diturunkan dari chip AI H20 untuk China, menyusul pembatasan ekspor AS terbaru pada model aslinya.
(fab/fab)