Ekonomi Digital Asia Tenggara Bisa Semakin Terbuka Lewat Ini

dpu, CNBC Indonesia
Jumat, 25/04/2025 14:12 WIB
Foto: Dok BRI

Jakarta, CNBC Indonesia - Asia Tenggara berada di titik perubahan besar. Dengan lebih dari 460 juta pengguna internet dan proyeksi ekonomi digital yang akan melampaui angka 300 miliar dolar AS pada tahun 2025.

Kawasan ini menjadi pusat inovasi global dalam bidang fintech, embedded finance, dan ekosistem konsumen berbasis digital. Namun, seiring semakin cepatnya laju digitalisasi, permintaan terhadap data yang lebih dalam, lebih bersih, dan lebih kontekstual juga meningkat tajam.

Menurut CEO 1datapipe, Carey Anderson, dalam lanskap ini, identity intelligence muncul sebagai lapisan infrastruktur penting yang mendorong inklusi keuangan, personalisasi layanan, dan pengambilan keputusan risiko secara real-time di seluruh kawasan. Carey mengatakan, bahwa bukan algoritma yang bermasalah melainkan datanya.


Identity intelligence merupakan gabungan antara data pribadi yang telah diverifikasi, sinyal perilaku, dan wawasan kontekstual.

"Sebagian besar wilayah Asia Tenggara masih tergolong underbanked atau tidak memiliki riwayat kredit yang terlihat. Biro kredit tradisional sering kali tidak mampu memberikan cakupan, kedalaman, dan data terkini yang dibutuhkan untuk mendukung kasus penggunaan modern seperti penilaian kredit berbasis AI atau segmentasi pelanggan yang dinamis," ujar Carey dalam keterangan tertulis dikutip Jumat (25/4/2025).

Sementara lembaga keuangan dan fintech berlomba membangun model yang lebih cerdas, hambatan utama justru terletak pada kualitas data. Tanpa dataset identitas yang terstruktur dan berkualitas tinggi algoritma tidak dapat berfungsi optimal, terutama di lingkungan yang fragmentaris atau rendah digitalisasi.

"Di 1datapipe, kami membangun Living Identity, platform intelijen identitas terverifikasi yang mencakup 18 pasar negara berkembang, termasuk negara-negara utama Asia Tenggara seperti Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.Platform ini mengelola lebih dari 1,35 miliar profil identitas yang telah diverifikasi sepenuhnya, dengan cakupan populasi dewasa mencapai hingga 95% di negara tertentu,tukas Carey lagi.

Namun, sambungnya, ini bukan sekadar soal skala, melainkan soal kedalaman dan struktur. Setiap profil menggabungkan sinyal identitas, lokasi, perilaku, keuangan, dan data berbasis telekomunikasi yang diperbarui secara berkelanjutan, tervalidasi secara privasi, dan siap untuk dimasukkan ke dalam model AI atau sistem pengambilan keputusan real-time.

"Dengan pendekatan ini, kami mentransformasi pasar-pasar yang sebelumnya kurang terlayani menjadi lingkungan kaya data yang mampu mendukung kredit inklusif, pencegahan penipuan, dan mesin personalisasi generasi berikutnya,ucap Carey.

Hyper-personalization bukan lagi sebuah kemewahan melainkan sebuah keharusan. Mulai dari perjalanan onboarding yang lebih lancar hingga model risiko kredit adaptif yang membuka akses bagi segmen pelanggan underserved, personalisasi menjadi kunci pertumbuhan yang bertanggung jawab di Asia Tenggara.

"Melalui lapisan GeoLifestyle kami, layanan keuangan dan platform digital kini dapat mengelompokkan pengguna bukan hanya berdasarkan demografi, tetapi juga berdasarkan perilaku dunia nyata, penggunaan perangkat, pola perjalanan, indikator pengeluaran, dan atribut tahap kehidupan sehingga memungkinkan rekomendasi produk, penetapan harga dinamis, dan penilaian risiko yang jauh lebih relevan dan akurat,terang Carey

Hasilnya, jelas Carey, tingkat gagal bayar lebih rendah dan tingkat konversi lebih tinggi. Keterlibatan pelanggan lebih kuat. "Dan yang terpenting, inklusi keuangan yang dapat ditingkatkan secara berkelanjutan,tuturnya.

Di kawasan yang dikenal dengan keragaman regulasi dan kerangka tata kelola data yang terus berkembang, kepatuhan bukan lagi sekadar formalitas melainkan fondasi utama. Carey memastikan bahwa 1datapipe kepatuhan terhadap GDPR, LGPD, PDPA, dan berbagai kerangka lokal lainnya, beroperasi secara on-premise, dan menerapkan prinsip privacy-by-design dalam setiap sistem.

"Asia Tenggara tidak hanya membutuhkan aplikasi yang lebih baik atau algoritma yang lebih pintar. Kawasan ini membutuhkan lapisan identitas yang dapat dipercaya, terverifikasi, skalabel, dan patuh terhadap regulasi,tegasnya.

Seiring dengan berkembangnya keuangan digital di kawasan ini, pemenang sesungguhnya bukanlah perusahaan dengan tampilan aplikasi paling menarik.

"Tetapi mereka yang membangun infrastrukturnya sejak awal dengan fondasi data yang berlandaskan kepercayaan, relevansi, dan inklusi," tutup Carey


(bul/bul)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center