Tak Pernah Terjadi, Samudra Atlantik di Khatulistiwa Tiba-tiba Dingin

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Jumat, 01/11/2024 17:20 WIB
Foto: Ombak menghantam pantai di Eastern Passage, N.S., Kanada, Sabtu (24/9/2022). Hujan lebat dan angin kencang melanda wilayah Atlantik Kanada saat badai Fiona melanda pada Sabtu pagi sebagai topan pasca-tropis yang besar dan kuat, dan prakiraan cuaca Kanada memperingatkan itu bisa menjadi salah satu badai paling parah di negara itu. (Andrew Vaughan /The Canadian Press via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah ilmuwan sempat kebingungan dengan suhu Samudera Atlantik di sepanjang khatulistiwa mendingin. Fenomena tidak biasa itu mulai terjadi awal Juni dan memecahkan rekor.

Saat itu suhu turun menjadi 25 derajat celcius. Padahal pada Februari dan Maret, suhu permukaan berkisar 30 derajat celcius.


Sebenarnya suhu dingin dan hangat terjadi bergantian setiap tahun. Namun yang terjadi baru-baru ini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Kami bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Bisa jadi merupakan fitur sementara yang berkembang dari proses yang belum dipahami," kata ilmuwan senior National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Michael McPhaden, dikutip dari Live Science, Senin (28/10/2024).

Meski begitu, suhu tersebut telah kembali menghangat. Franz Tuchen dari Universitas Miami Florida menjelaskan kemungkinan fenomena tersebut tidak masuk dalam La Nina Atlantik.

Keanehan lain yang ditemukan suhu dingin itu tidak terjadi karena angin pasat yang lebih kuat. Angin yang terjadi lebih lemah di bagian tenggara khatulistiwa.

McPhaden mencatat sejumlah angin kencang tidak biasa terjadi pada bulan Mei. Saat itu angin berkembang di sebelah barat dan kemungkinan memulai suhu yang dingin.

Namun dia mengatakan angin tersebut juga tidak meningkatkan suhu yang turun. Kemungkinan ada alasan lain.

Kemungkinan besar, para ilmuwan mengatakan pendinginan permukaan Atlantik bukan karena perubahan iklim. McPhaden mengungkapkan alasan lain di balik suhu dingin misterius itu.

"Jika dilihat sekilas, hanya variasi alami dari sistem iklim di Atlantik Khatulistiwa," ucapnya.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Efek Merger Operator Seluler, Internet RI Kian Ngebut Era 5G?