
Aplikasi Pengganti WhatsApp Makin Ramai, Banyak Kelompok Anti-Muslim

Jakarta, CNBC Indonesia - Telegram yang merupakan pesaing kuat WhatsApp makin populer. Bahkan, dalam sehari pada 29 Juli 2024, pengguna aktif harian Telegram mencapai 3,1 juta.
Angka itu melonjak drastis dari rata-rata pengguna aktif harian Telegram sebanyak 2,7 juta sejak awal 2024, menurut data Similarweb, dikutip dari Firstpost, Jumat (9/8/2024).
Sebagai informasi, 29 Juli 2024 merupakan tanggal terjadinya insiden penikaman anak di Southport yang memicu kerusuhan di Inggris.
Hari setelahnya ketika terjadi penyerangan ke masjid-masjid lokal imbas insiden penikaman dan menyebabkan 50 polisi terluka, pengguna aktif Telegram makin melambung ke angka 3,7 juta.
Kepolisian mengindikasikan aksi kekerasan terkait dengan kelompok sayap kanan English Defence League yang didirikan aktivis Tommy Robinson.
Menurut kepolisian, pemerintah, dan analis, kasus di Southport yang menciptakan gelombang kekerasan ke beberapa kota di Inggris turut digembar-gemborkan oleh seruan kebencian yang beredar di platform online. Antara lain di Telegram, TikTok, dan X.
Organisasi anti-terorisme yang dibekingi PBB, Tech Against Terrorism, mengeluarkan peringatan darurat soal penggunaan Telegram untuk mengorganisir kerusuhan di Inggris.
Salah satunya dikaitkan dengan peningkatan grup ekstremis anti-Muslim dan anti-imigran di Telegram yang beranggotakan 15.000 orang yang kini telah dihapus. Grup tersebut membagikan daftar target kekerasan, serta informasi terkait.
"Moderasi minim Telegram untuk menyaring gerakan ekstremis berkontribusi pada maraknya kekerasan di Inggris," kata Tech Against Terrorism.
Hal ini memicu tuntutan kepada Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, untuk segera memberlakukan regulasi yang lebih ketat bagi media sosial terkait ujaran kebencian di platform online.
Sebelumnya, CEO Telegram Pavel Durov beberapa saat lalu mengumbar aplikasinya akan segera mencatat sejarah baru dengan menhimpun 1 miliar pengguna bulanan aktif pada akhir 2024.
Hal ini akan makin mendekatkan posisi Telegram ke WhatsApp yang sudah memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif per akhir 2023 lalu.
Firstpost melaporkan Telegram ramai digunakan sebagai wadah diskusi para ekstremis karena enkripsi ketat yang benar-benar menjaga privasi pengguna.
"Meskipun Telegram menawarkan platform yang berfokus pada privasi, Telegram juga menawarkan sisi gelap dan sering dimanfaatkan oleh penjahat dunia maya," kata Jake Moore, penasihat keamanan siber global di ESET, sebuah perusahaan keamanan siber Eropa.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aplikasi Pengganti WhatsApp Makin Diminati, Ternyata Ini Alasannya
