
Google Biang Kerok Kiamat Makin Dekat, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Emisi gas rumah kaca Google melonjak hampir 50 persen dari 2019. Salah satu penyebab utamanya adalah pengembangan pusat data (data center) yang dilakukan oleh perusahaan.
Dalam sebuah laporan, emisi Google mencapai 48% dalam rentang waktu tersebut. Google menjelaskan konsumsi listrik di pusat data menyebabkan peningkatan itu. Selain juga karena adanya emisi rantai pasokan, dikutip dari The Guardian, Jumat (5/7/2024).
Bukan hanya itu, peningkatan emisi tahunan Google juga cukup tinggi. Yakni meningkat 13% pada 2023 dari tahun sebelumnya menjadi 14,3 juta metrik ton.
Capaian ini cukup berat memenuhi keinginan emisi nol pada 2030. Google mengakui bahwa hal tersebut tidak akan mudah.
"Ketidaksignifikan mencapai target itu termasuk ketidakpastian terkait dampak lingkungan masa depan AI, yang sangat kompleks dan sulit diprediksi," jelas Google.
Pusat data memiliki peranan penting dalam pengembangan AI. Yakni untuk mengoperasikan model pendukung AI seperti Gemini yang dimiliki Google.
Namun penggunaannya juga menghadapi risiko menggunakan listrik terlalu banyak. Badan Energi Internasional menyebut total konsumsinya untuk pusat data bisa mencapai 1.000 Twh (terawatt per jam) pada 2026, sama seperti permintaan listrik untuk Jepang.
Peningkatan konsumsi listrik terus bertambah. Bahkan 2030, riset dari SemiAnalysisi mengatakan AI membuat pusat data menggunakan 4,5% dari pembangkit listrik global.
Penggunaan listrik berlebih ini juga jadi kekhawatiran Microsoft. Menurut raksasa teknologi, penggunaan energi di pusat data bisa membahayakan target negatif karbon tahun 2030.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peneliti Ungkap Jadwal Manusia Punah, Penyebabnya Tak Disangka
