Rebut Sumber Dolar Baru RI, Krisis Besar Ancam Malaysia

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
26 June 2024 07:15
A view of a hotel and residential apartments in Country Garden's Forest City development in Johor Bahru, Malaysia August 16, 2023. REUTERS/Edgar Su
Foto: REUTERS/EDGAR SU

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia jadi incaran banyak raksasa teknologi asing untuk membangun data center. Namun ini menimbulkan ancaman baru bagi negara tetangga Indonesia.

Seperti diketahui Malaysia jadi raja pusat data menggantikan Singapura. Para raksasa teknologi banyak yang menuju negara itu untuk memberikan investasi besar-besaran membangun data center penunjang teknologi AI.

Meski begitu ancaman kebutuhan listrik juga menghantui Malaysia. Riset Bank Investasi Kenanga memprediksi kebutuhan listrik dari data center di sana mencapai 5 gigawatt pada 2035.

Sebagai informasi, data perusahaan listrik setempat Tenaga Nasional Berhad mengatakan kapasitas listrik di seluruh negeri hanya 27 gigawatt. Laporan The Straits Times mengungkapkan otoritas lokal telah mengetahui isu tersebut.

Walikota Johor Bahru Mohd Noorazam Osman telah angkat suara terkait ancaman tersebut. Kota itu difokuskan menjadi hub data center baru di Malaysia.

Dia mengatakan investasi data center tidak boleh mengesampingkan kebutuhan sumber daya masyarakat. Krisis itu juga bersamaan dengan Johor Bahru yang juga harus menghadapi masalah pada sumber daya air serta listrik.

Pejabat Komite Investasi, Perdagangan dan Konsumen setempat juga mengatakan pemerintah perlu memberikan panduan jelas soal implementasi penggunaan data center energi hijau di kota tersebut.

Berlomba masuk Malaysia

Banyak perusahaan asing yang akhirnya lebih memilih Malaysia. CNBC Internasional melaporkan kemudahan investasi jadi faktor pendorong pemilihan negara itu.

Dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu, Ketua Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Hendra Suryakusuma mengatakan Malaysia memberikan banyak insentif untuk pelaku data center. Perusahaan dengan teknologi green juga mendapatkan insentif yang lebih banyak.

"Kalau di Indonesia, ini memang belum terjadi tapi kalau pemerintah lewat RUU EBT (Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan) yang saat ini sedang digodok di Komisi VII DPR RI berhasil memberikan tambahan insentif dari sisi green initiative, itu akan sangat mendorong tumbuhnya industri data center di Indonesia yang saat ini tumbuh 20-30 persen per tahunnya," kata Hendra dalam Profit di CNBC Indonesia, beberapa saat lalu.

Setidaknya ada tiga nama besar yang berinvestasi di Malaysia. Berikut perinciannya:

1. Google

Di Malaysia, Google menggelontorkan dana US$2 miliar pada awal bulan ini. Investasi untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pertama di negara tersebut.

Cloud regional Malaysia menjadi tambahan dalam jaringan Google. Sejauh ini cakupannya mencapai 40 wilayah dengan 121 zona di dunia.

Indonesia tak mendapatkan investasi serupa. Google mengumumkan 10 ribu beasiswa pelatihan AI di Indonesia dan komitmen memberantas judi online dengan fitur AI milik perusahaan.

2. Microsoft

Nama lain yang berinvestasi di Malaysia adalah Microsoft. Perusahaan itu akan berinvestasi US$2,2 miliar untuk ekspansi infrastruktur AI.

Jumlah itu lebih besar dibandingkan komitmennya di Indonesia. Yakni sebesar US$1,7 miliar untuk fasilitas dan talenta AI.

3. Bytedance

Induk usaha Tiktok itu juga berencana berinvestasi untuk membangun pusat di Malaysia. Besarannya mencapai US$2,13 miliar.

Bytedance akan mengekspansi fasilitas pusat data di Johor. Perusahaan akan memberikan investasi tambahan senilai 1,5 miliar ringgit.


(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pendapatan EDGE Terdongkrak Data Center, Buka Baru di Kuningan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular