Bahaya TikTok Nyata, Pakar RI Respons Usul AS Beri Label Mirip Rokok

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
20 June 2024 19:20
A logo of a smartphone app TikTok is seen on a user post on a smartphone screen Monday, Sept. 28, 2020, in Tokyo. (AP Photo/Kiichiro Sato)
Foto: AP/Kiichiro Sato

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengamat Budaya & Komunikasi Digital UI, Firman Kurniawan menilai pemerintah Indonesia perlu meninjau strategi untuk melabeli media sosial sebagai produk berbahaya. Sebelumnya, usulan itu diungkapkan Kepala Asosiasi Dokter Amerika Serikat (Surgeon General) Vivek Murthy.

Murthy mengatakan perlu mencantumkan label berbahaya pada aplikasi media sosial. Ini dilakukan agar pengguna sadar atas ancaman kesehatan mental dari platform tersebut.

Meski label dirasa tidak cukup, namun menurutnya langkah itu bisa menciptakan kesadaran dan perubahan perilaku. Dia menyamakan bahaya kecanduan media sosial serupa dengan konsumsi rokok dan produk tembakau lain.

Terpisah, menurut Firman, media sosial perlu memberikan peringatan berbahaya bagi penggunanya. Misalnya mencantumkan efek dari penggunaan media sosial secara berlebihan.

"Mungkin pencantuman logo sebagai produk berbahaya pada rokok untuk ditiru persis sama pada media sosial, perlu ditinjau strateginya," kata Firman kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/6/2024).

"Namun memperingatkan bahaya penggunaan berlebih tanpa memahami konsekuensi yang ditimbulkan media sosial, sangat perlu," imbuhnya.

Bahaya media sosial untuk kesehatan mental telah diungkapkan oleh riset maupun pernyataan para mantan eksekutif perusahaan tersebut. Termasuk, Firman mengatakan dari buku Ten Arguments for Deleting Your Social Media Account Right Now dari Jaron Larnier.

Menurutnya salah satu paling menonjol pada penggunaan media sosial terkait kenyamanan yang diberikan. Ini membuat pengguna enggan meninggalkan media sosial.

"Pada intensitas berikutnya rasa nyaman berubah menjadi rasa khawatir tertinggal dari informasi yang didistribusikan media sosial. FOMO salah satu bentuknya," jelas Firman.

Dampak lainnya adalah kedangkalan dalam berpikir. Karena sistem biner yang lazim ditemukan pada media sosial.

"Wujudnya sebagai sikap: Benar-salah, kawan-musuh, didukung-dimaki, adalah bentuk bentuk perilaku yang tak disadari para pengguna intensif media sosial. Seluruhnya ini mendorong munculnya masyarakat tanpa konteks. Menilai peristiwa tanpa membedakan variasi ruang dan waktunya," ucapnya.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tiktok-Instagram Mirip Rokok, Mau Dikasih Label Bahaya Ancam Kesehatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular