Kronologi 'Asian Value' Viral di Medsos, Ini Arti dan Konteksnya

Redaksi, CNBC Indonesia
07 June 2024 14:15
Warga menyaksikan pertandingan  Timnas U-23 Indonesia melawan Timnas U-23 Irak pada pertandingan perebutan peringkat tiga Piala Asia 2024 melalui layar saat kegiatan nonton bareng (nobar) kawasan Monas, Jakarta, Kamis (2/5/2024) malam. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Warga menyaksikan pertandingan Timnas U-23 Indonesia melawan Timnas U-23 Irak pada pertandingan perebutan peringkat tiga Piala Asia 2024 melalui layar saat kegiatan nonton bareng (nobar) kawasan Monas, Jakarta, Kamis (2/5/2024) malam. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kata kunci 'Asian Value' mendadak viral di media sosial. Pantauan CNBC Indonesia, Jumat (7/6/2024), kata kunci tersebut masuk jejeran trending topic platform X dan menghimpun lebih dari 110 ribu tweet.

Banyak netizen yang membagikan tweet guyonan dan gambaran soal nilai-nilai yang tertanam pada masyarakat Asia, lebih khusus Indonesia.

Secara harafiah, 'Asian Value' memang bermakna nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat Asia. Ada netizen yang membagikan gambar kopi tubruk, mie instan dicampur nasi, ilustrasi kerokan, dan ibu-ibu mengobrol sambil belanja kebutuhan di tukang sayur keliling.

Hal-hal tersebut seakan menggambarkan budaya atau nilai yang dipegang di Indonesia sebagai bagian dari kawasan Asia.

Lantas, kenapa istilah itu bisa viral? Mulanya berawal dari podcast Total Politik yang mengundang komikus Pandji Pragiwaksono.

Host podcast bernama Arie Putra menyinggung soal Pandji yang sensitif ketika membahas dinasti politik. Padahal, Arie mengklaim dinasti adalah hak warga negara.

Pandji lalu menanyakan kembali soal pendapat host Total Politik soal politik dinasti. Akhirnya tercetus dari host lainnya bernama Budi Adiputro soal 'Asian Value'.

Menurut podcast Total Politik, politik dinasti merupakan hak warga negara dan sah saja dilakukan karena merupakan 'Asian Value'.












Arti Istilah Asian Value

Istilah 'Asian Value' sudah digaungkan para petinggi-petinggi negeri di kawasan Asia sejak beberapa dekade lalu. Konsepnya makin mengemuka pada era 1990-an, menurut South China Morning Post.

Mulanya, konsep tersebut dibuat sebagai bentuk kepercayaan diri kawasan Asia dalam mendobrak dominasi nilai-nilai dunia Barat di sektor perekonomian, menurut Michael Barr, profesor di jurusan Hubungan Internasional di Flinders University.

Negara-negara Asia kala itu merayakan kesuksesan ekonomi ereka yang dicapai tanpa mengadopsi nilai-nilai individualis dari negara Barat.

Menurut profesor dari Universiti Brunei Darussalam, Hoon Chang Yau, pada tesis tahun 2024, 'Asian Value' menjunjung tinggi konsep konsensus, harmonisasi, persatuan, dan komunitas.

Ia menggarisbawahi bahwa komunitas masyarakat Asia bertumpu pada nilai keluarga, bukan individual.


Jauh sebelumnya, di Singapura, konsep 'Asian Value' muncul di parleman pada 1977. Kala itu para pemangku kebijakan berdebat soal tujuan dari moral dan pendidikan.

Menteri Pendidikan Singapura kala itu, Chua Sian Chin, dalam pidatonya menyebut bahwa siswa di sekolah perlu "menyerap dan mengimplementasikan budaya Asia dan nilai moral di sekolah".


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular