
Ketakutan Joe Biden Terbukti, Pakar Ungkap Fakta Ngeri TikTok

Jakarta, CNBC Indonesia - TikTok makin gencar dimanfaatkan kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) untuk menjangkau pemilih muda. Setelah Joe Biden, Donald Trump turut membuat akun di TikTok.
Keputusan itu dilakukan di kala TikTok menghadapi tekanan regulasi baru di AS. Induk ByteDance asal China diwajibkan melakukan divestasi atas TikTok, atau media sosial tersebut terancam diblokir secara nasional.
Hal ini menimbulkan polemik. Sebab, TikTok yang digunakan 170 juta warga AS juga berkontribusi terhadap ekonomi kreatif lewat maraknya influencer dan pebisnis UMKM di platform tersebut.
Tekanan pemerintah AS ke TikTok didasarkan pada kekhawatiran bahwa platform tersebut mengancam keamanan nasional gara-gara induknya berasal dari China.
Selain itu, TikTok juga disoroti soal keamanannya bagi kesehatan mental anak muda, serta konten-konten disinformasi di dalamnya.
Untuk alasan terakhir, BBC melaporkan TikTok menjadi sarang konten deepfake AI yang menyasar para pemilih muda. Deepfake tersebut kerap mematrikan para pejabat dan politikus, serta menyebarkan informasi sesat.
Sayangnya, literasi yang masih kurang menyebabkan banyak konten-konten sesat di TikTok yang dibagikan oleh para siswa, aktivis politik, komedian, hingga akun bot, menurut investigasi BBC, dikutip Selasa (4/6/2024).
Salah satu disinformasi yang jadi viral adalah rumor soal PM Inggris Rishi Sunak yang meminta diadakan pemilu lebih awal. Selain itu, heboh pula di TikTok klaim tak berdasar bahwa Pemimpin Oposisi Sir Keir Starmer bertanggung jawab atas kegagalan mengadili pedofil berantai Jimmy Savile.
Video lain yang dibuat oleh AI membagikan klaim menyesatkan tentang janji dinas nasional untuk anak-anak berusia 18 tahun, yang menunjukkan bahwa mereka akan dikirim ke zona perang saat ini di Ukraina dan Gaza.
TikTok menjadi populer sebagai platform mencari berita dan informasi terkini sejak pemilu sebelumnya. Menurut Ofcom, TikTok menjadi sumber berita dengan pertumbuhan paling signifikan di Inggris selama dua tahun berturut-turut pada 2023 lalu.
Satu dari sepuluh remaja mengaku menggunakan TikTok sebagai sumber berita utama mereka.
Seorang remaja berusia 16 tahun yang dihubungi BBC adalah pembuat konten satir yang menayangkan Rishi Sunak di TikTok dengan anjuran ke anak muda untuk berkontribusi di zona perang.
Ia mengaku terkejut bahwa konten buatannya yang dibuat untuk becanda malah mendulang banyak view dan share.
"Saya tidak membuat akun ini untuk pemilu dan alasan saya membuatnya hanya untuk bercanda. Saya tak menyangka langsung mendapat 400 ribu view," kata dia.
Ia sadar kontennya bisa menciptakan kontroversi dan bisa menyesatkan orang-orang. Namun, ia berharap orang-orang bisa meresponsnya sebagai candaan dan tidak terlalu serius menanggapinya.
BBC mengatakan rata-rata pembuat konten sesat dengan nada becanda dan satir di TikTok adalah remaja berusia belasan atau awal 20-an. Tujuan mereka untuk mengekspresikan opini dan berinteraksi dengan para pemilih muda.
Salah satu sumber BBC bahkan terang-terangan mengaku tak khawatir kontennya bisa menyesatkan orang lain.
"Saya tak takut menyesatkan orang lain, karena partai-partai poltik juga banyak membagikan opini-opini sesat mereka tentang partai lain," kata seorang sumber.
Ada sumber lain yang mengatakan sengaja membuat konten kontroversial untuk "mendulang popularitas dengan cara tak biasa". Akunnya kemudian dibatasi oleh TikTok karena dinilai sebagai akun spam.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan TikTok, Ini Aplikasi China yang Bikin Dunia Kacau
