Bukan TikTok, Ini Aplikasi China yang Bikin Dunia Kacau

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
20 May 2024 20:50
POLAND - 2022/02/01: In this photo illustration a CapCut logo seen displayed on a smartphone. (Photo Illustration by Mateusz Slodkowski/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)
Foto: CapCut (Photo Illustration by Mateusz Slodkowski/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ternyata ada aplikasi asal China yang bisa membuat dunia masuk ke era misinformasi secara masif. Bukan TikTok, namun sebuah aplikasi pengeditan video bernama CapCut.

Padahal, selama ini TikTok menghadapi kecaman dari pemerintah Amerika Serikat (AS) karena dituduh membahayakan keamanan nasional. Sementara itu, CapCut sendiri merupakan platform pengeditan di bawah TikTok yang sama-sama dinaungi ByteDance dari China.

Menurut laporan Microsoft, CapCut mampu membuat video dengan informasi sesat yang dihasilkan berkat bantuan sistem kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). 

Salah satunya digunakan pemerintah China untuk menargetkan pemilu Taiwan. Mereka menggunakan konten disinformasi seperti pembawa berita palsu atau presenter TV.

Salah satu klip video yang dikutip Microsoft memperlihatkan pembawa acara itu mengklaim kandidat Lai Ching-te memiliki sejumlah anak yang berasal dari luar nikah.

Manajer umum pusat analisis ancaman Microsoft, Clint Watts menjelaskan soal penggunaan berita sintetik oleh pemerintah China di pasar media lokal. Kemungkinan China menyempurnakan format itu.

CapCut sebagai platform pihak ketiga memiliki format template pembawa berita. Watts juga mengatakan China ingin memasukkan AI dalam sistem yang dibangun.

"Orang China berfokus dalam memasukkan AI pada sistem, propaganda dan disinformasi, mereka bergerak dengan cepat. Mencoba semua hal," kata Watts, dikutip dari The Guardian, Senin (20/5/2024).

Sementara klip lain memperlihatkan presenter dan influencer yang seakan berbicara langsung ke kamera. Video lain memperlihatkan AI membuat presenter berambut pirang dan menuding AS serta India menjual senjata pada Myanmar.

Nampaknya aturan negara itu mewajibkan menambahkan watermark pada konten yang dihasilkan AI juga tak akan efektif. Asisten professor dari Universitas George Washington, Jeffrey Ding mempertanyakan cara penegakan atura jika video yang dimaksud terkaiut dengan propaganda negara.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Terima Diblokir Joe Biden, TikTok Tuntut ke Pengadilan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular