Peneliti Amerika Riset Suara Hati, Ternyata Manfaatnya Luar Biasa

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
Rabu, 29/05/2024 20:30 WIB
Foto: Ilustrasi Pendengaran. (Dok. Pixabay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ilmuwan mengira bahwa semua orang memiliki atau bisa mendengarkan suara hati (monolog internal). Namun ternyata dalam beberapa tahun terakhir, penelitian menemukan bahwa tidak semua orang bisa melakukannya

Penelitian baru itu menyoroti bagaimana hidup tanpa monolog internal dapat memengaruhi cara bahasa diproses di otak.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Kopenhagen di Denmark dan Universitas Wisconsin-Madison di AS ini juga mengusulkan nama baru untuk kondisi tidak adanya ucapan batin yakni anendofasia.


Hal ini mirip dengan anauralia, istilah yang diciptakan peneliti pada 2021 untuk orang yang tidak memiliki suara batin, juga tidak dapat membayangkan suara seperti nada musik atau sirene.

Berfokus pada suara hati, tim peneliti merekrut 93 relawan. Hasilnya setengah dari mereka mengatakan bahwa mereka memiliki tingkat ucapan batin yang rendah, sementara separuh lainnya melaporkan memiliki monolog internal yang sangat cerewet.

Para peserta ini mencoba serangkaian tugas, termasuk yang mengharuskan mereka mengingat urutan kata secara berurutan, dan tugas lainnya yang mengharuskan kata-kata yang berima harus dipasangkan.

"Ini adalah tugas yang sulit bagi semua orang, tetapi hipotesis kami adalah bahwa ini mungkin akan lebih sulit lagi jika Anda tidak memiliki suara hati karena Anda harus mengulangi kata-kata itu di dalam kepala Anda untuk mengingatnya," kata ahli bahasa Johanne Nedergård, dari Universitas Kopenhagen, dikutip dari Science Alert, Selasa (28/5/2024).

"Dan hipotesis ini ternyata benar," imbuhnya.

Para sukarelawan yang melaporkan mendengar suara hati dalam kehidupan sehari-hari melakukan tugas secara signifikan lebih baik dibandingkan mereka yang tidak mendengar monolog internal. Para peneliti berpendapat ini bisa menjadi bukti bahwa suara hati membantu orang memproses kata-kata.

Menarik untuk dicatat bahwa perbedaan kinerja hilang ketika para relawan berbicara lantang untuk mencoba memecahkan masalah yang diberikan kepada mereka.

Para peneliti beranggapan, kemungkinan bepikir dengan mengucapkan sama efektifnya dengan menggunakan suara hati dalam situasi ini.

Temuan awal dari penelitian di Universitas Auckland menunjukkan bahwa orang yang tak bisa berpikir di dalam hati mengingat informasi verbal dengan cara yang mirip dengan mereka yang bisa berpikir di dalam hati.

Salah satu bidang yang menurut tim layak untuk diselidiki lebih lanjut adalah praktik terapi bicara, seperti terapi perilaku kognitif, yang melibatkan upaya mengubah pola pikir. Mungkin saja memiliki suara hati membuat sebagian orang lebih mudah mencapainya dibandingkan yang lain.

"Eksperimen di mana kami menemukan perbedaan antara kelompok adalah tentang suara dan kemampuan mereka mendengar kata-kata sendiri," kata Nedergård.

"Saya ingin mempelajari apakah ini karena mereka tidak merasakan aspek bunyi bahasa, atau apakah mereka tidak berpikir sama sekali dalam linguistik seperti kebanyakan orang." imbuhnya.


(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dorong Ekonomi Digital RI Lewat AI, Cloud & Data Center