
Tanda Kiamat Tiba Makin Cepat Terlihat di Belahan Batang Pohon

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan tanda pemanasan global yang kian mengkhawatirkan selama 2000 tahun terakhir. Ulf Buntgen dari University of Cambridge dan timnya menemukan tanda bencana yang terlihat dari batang pohon.
Analisa mereka berasal dari lingkar pohon. Menurut penelitian itu, tahun 2023 merupakan periode terpanas yang pernah ada.
"Melihat sejarah dengan sangat panjang, Anda bisa lihat betapa luar biasanya pemanasan global di periode sekarang. 2023 adalah tahun yang sangat panas, tren ini akan terus berlanjut jika gas rumah kaca tidak dikurangi secara besar-besaran," kata Buntgen.
Garis lingkar pohon merujuk pada garis seperti cincin yang terlihat dari potongan batang pohon. IFL Science menjelaskan besarannya menggambarkan lingkungan di sekitar pohon selama periode tertentu.
Di daerah dengan sumber air yang berlimpah, perbedaan suhu antar tahun terlihat lebih jelas. Dengan data dalam jumlah besar, Buntgen berhasil membuat rekaman cuaca tiap tahunnya.
Jika cuaca terpanas tercatat pada 2023, analisis itu mencatat cuaca paling dingin dalam 2.000 tahun terakhir adalah tahun 537. Suhu musim panas saat itu tercatat lebih rendah dari 3,93 derajat Celcius dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan penelitian tercatat kenaikan temperatur saat awal revolusi industri juga lebih rendah dari era sekarang. Data yang didapatkan Buntgen menyebutkan musim panas 2023 lebih panas 2,07 derajat celcius dari periode 1850-1900.
Data tersebut menunjukkan kenaikan suhu jauh lebih parah berdasarkan apa yang disepakati dalam Perjanjian Paris. Perjanjian itu mengungkapkan 2023 lebih panas 1,52 derajat Celcius dari 1850-1900, sedangkan Buntgen dan timnya menemukan kenaikan 2,2 derajat Celcius.
"Betul iklim selalu berubah, tetapi pemanasan pada 2023, yang disebabkan oleh gas rumah kaca dan diperparah oleh El Nino, menyebabkan gelombang panas dan periode kekeringan yang lebih panjang. Ini menunjukkan sangat penting untuk segera mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Jan Esper dari Johannes Gutenberg University Mainz.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanda Kiamat Makin Nyata, Bill Gates Blak-Blakan Tunjuk Indonesia