
Pengembangan AI di Indonesia Disebut Terdepan se-Asia Tenggara

Jakarta, CNBC Indonesia - Hadirnya teknologi kecerdasan buatan (AI) telah merevolusi transimisi digital layanan keuangan. Menjamurnya transaksi online membuat peluang bagi penjahat dunia maya untuk mengatur aktifitas penipuan yang rumit dan terkadang sulit dideteksi, termasuk juga pencurian data.
Hal tersebut disampaikan oleh Chief Compliance Officer and Group Data Protection Officer 1datapipe, Claire Hartley belum lama ini. Dalam paparannya, Claire mengatakan, bahwa AI merupakan perangkat yang dapat membantu dalam mengurangi ancaman tersebut. Teknologi ini bisa membantu melakukan analisis riyawat data dan juga prediktif sehingga bisa menempatkan perusahaan tetap terdepan dalam menghadapi apa yang akan terjadi sebelum hal tersebut benar-benar terjadi.
"Jelas sekali bahwa ini adalah lompatan besar dalam perlindungan dan kepatuhan data. Artinya adalah, bahwa organisasi dapat berbagi informasi dan kumpulan data tanpa benar-benar mengungkapkan seluruh informasi yang dimiliki seseorang karena AI bisa mendeskripsikan sebuah pola," tuturnya.
Salah satu perkembangan lain dalam cara menggunakan AI dalam perlindungan data adalah analisis perilaku. Menurut Claire, AI mampu mempelajari perilaku sebagai pengguna dan dapat memperingatkan ketika ada penyimpangan dari pola tersebut.
"Hal ini dapat berguna dalam mendeteksi ancaman orang dalam, kredensial yang disusupi, atau bahkan serangan otomatis. AI dapat membantu kita memetakan data ke lokasi-lokasi di mana kita menyimpan data, memastikan bahwa catatan kita akurat, dan memastikan bahwa kita mematuhi undang-undang yang ada," tuturnya.
Tidak lupa Claire pun memuji Indonesia yang mempunya pemikiran maju dengan mengakui keunggulan AI. "Indonesia jelas merupakan yang terdepan dalam pengembangan AI di Asia Tenggara. Dan AI dapat membawa banyak manfaat bagi banyak bidang kehidupan masyarakat di Indonesia," ucapnya.
Setali tiga uang., Director & Country Manager 1datapipe untuk Indonesia, Herrias Yusmawan mengatakan, bahwa AI sangat membantu lembaga keuangan dalam mentransformasi data menjadi sebuah informasi dengan cara mengkombinasikan antara data, analitik dan model.
"Atribut seperti credit-score dan fraud menjadi modal bagi perbankan untuk mendapat gambaran yang jelas dari calon nasabah sehingga lembaga tersebut bisa lebih yakin dalam menyetujui sebuah pengajuan kredit. Ini yang pertama," jelasnya.
Terkait kredit, kata Herrias, tantangannya bagi lembaga keuangan adalah sekitar 60% dari total nasabah di Indonesia adalah unbanked dan underbanked. Lembaga keuangan belum memiliki gambaran secara lengkap terhadap segmen ini.
"1datapipe masuk ke indonesia dengan solusi-solusi bersifat analiticy-based. Kami memberikan gambaran secara lengkap tentang calon nasabah dari segmen tersebut sehingga lembaga perbankan dapat menjadikannya dasar untuk credit decision, apakah pengajuan kreditnya disetujui atau tidak. Dan lebih dari itu, jika disetujui, akan ditentukan berapa nilainya. Ini sangat penting karena lembaga keuangan memiliki misi untuk memperluas target segmen," imbuhnya.
Adapun CEO 1datapipe Carey Anderson menambahkan, bahwa untuk pencegahan fraud, AI memanfaatkan pengenalan pola data dan analisis perilaku untuk mengidentifikasi anomali dan aktivitas mencurigakan.
"Ini adalah pendekatan yang sangat komprehensif yang melibatkan analisis banyak data historis dan pelanggan, analisis keterkaitan profil pelanggan, pola perilaku pembayaran yang berbeda, jejak digital seseorang, detail lokasi mereka di data perangkat, dan bahkan tren gaya hidup mereka. Jadi dengan memeriksa semua data, titik kontak, AI dapat secara efektif mendeteksi hubungan data palsu, dan perilaku abnormal, sehingga meningkatkan keamanan sistem perbankan," jelas Carey.
(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Profesi Ini Terancam Direbut AI, 300 Juta Pekerjaan Bisa Hilang