Senjata Pembunuh Israel Bikin Rusuh, Eropa Turun Tangan
Jakarta, CNBC Indonesia - Teknologi kecerdasan buatan (AI) marak digunakan untuk kebutuhan militer. Perang yang terjadi saat ini di Gaza dan Ukraina juga sedikit banyak memanfaatkan senjata berbasis AI.
Reuters melaporkan, drone Ukraina dirancang untuk mendeteksi target ketika teknologi pengacau sinyal memutus jangkauan operator mereka, kata para diplomat.
Selain itu, awal bulan ini Amerika Serikat (AS) mengatakan tengah menelusuri laporan media yang menyatakan militer Israel menggunakan AI untuk mendeteksi target pengeboman di Gaza.
Fenomena ini membuat negara Eropa ketar-ketir. Austria meminta adanya upaya menciptakan regulasi yang ketat dalam penggunaan senjata berbasis AI. Jika tidak, AI dikhawatirkan bisa menciptakan 'robot pembunuh'.
"Kita tak bisa membiarkan ini terjadi. Saat ini adalah waktu untuk menyepakati aturan internasional dan norma untuk memastikan kontrol manusia," kata Menteri Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg, dalam pertemuan dengan lembaga internasional dari 143 negara.
"Setidaknya, biarkan manusia untuk memutuskan siapa yang harus hidup dan mati. Jangan biarkan mesin yang menentukan itu," kata dia.
Diskusi soal bahaya AI dalam kebutuhan militer sudah sering didiskusikan dalam forum-forum internasional. PBB telah memutuskan beberapa hal penting untuk memastikan nasib manusia tidak jatuh ke tangan mesin AI, dalam konferensi 2-hari di Vienna.
"Sangat penting untuk bertindak cepat menanggulangi hal ini," kata Presiden Komite Internasional Palang Merah, Mirjana Spoljaric, dalam konferensi tersebut.
"Saat ini kita melihat konteks kejahatan yang berbeda. Kita melihat kegagalan moral di kancah global. Kita tidak mau kegagalan ini bertambah besar karena menyerahkan tanggung jawab kekerasan ke mesin dan algoritma," ia menambahkan.
(fab/fab)