
CEO Google Disuruh Mundur Gegara AI Gemini Kacau Balau

Jakarta, CNBC Indonesia - Google tengah menghadapi tekanan lantaran kekacauan AI Gemini miliknya. Raksasa mesin pencari sudah menyetop sementara operasional AI Gemini karena membuat visual yang tak akurat.
Pada akhir Februari lalu, pengguna media sosial mengeluhkan AI Gemini karena menghasilkan gambar tokoh-tokoh sejarah, seperti para Founding Fathers AS, sebagai orang kulit hitam.
Google mengakui bahwa AI Gemini belum sempurna dan butuh masukan. Google juga berjanji akan meningkatkan tool tersebut dan memutuskan untuk menutup layanan dalam beberapa saat.
Tak berhenti sampai di situ, kekacauan AI Gemini membuat saham Google merosot. Terbaru, CEO Alphabet (induk Google), Sundar Pichai, mendapat tekanan untuk mundur dari posisinya.
Pada awal pekan ini, Ben Thompson yang merupakan analist dan penulis newsletter 'Stratechery' mengatakan bahwa Google butuh transformasi dalam organisasinya.
"Google perlu mengganti orang-orang yang membiarkan ada kekacauan, termasuk CEO Sundar Pichai," tertulis dalam newsletter yang banyak dibahas di lingkungan Silicon Valley.
Analis lain dari Bernstein, Mark Shmulik, juga mengamini hal tersebut. Ia mengatakan mungkin sudah semestinya ada pergantian kepemimpinan di Google.
"Kejadian belakangan ini memicu pertanyaan apakah manajemen saat ini masih relevan untuk membawa Google ke era selanjutnya," kata dia, dikutip dari Business Insider, Senin (4/2/2024).
Menurut para analis, Google tak terlalu lihai dalam bergerak cepat mengejar ketinggalan. Hal ini terlihat dari inisiatif AI yang berkali-kali mendapat masalah, mulai dari Bard hingga Gemini.
Pichai sendiri ditunjuk sebagai CEO Google pada 2015 dan Alphabet pada 2019. Selama ini, Google adem ayem di bawah naungannya. Ia juga dikenal cukup baik dalam melakukan negosiasi dengan para regulator.
Kapitalisasi market Google saat ini US$ 1,7 triliun, naik dari US$ 4 miliar pada 2015 lalu ketika Pichai ditunjuk sebagai CEO.
Kendati begitu, era AI membawa tantangan yang jauh lebih berat dan belum pernah dialami sebelumnya. Untuk itu, perlu ada kepemimpinan yang lebih tangguh untuk memenangkan perang AI.
Debat soal Pichai juga disorot beberapa mantan petinggi Google. Salah satunya Marissa Mayer yang pernah 20 tahun bekerja di Google dan sempat menjadi CEO Yahoo.
Ia mengomentari tweet dari CEO Color Health, Othman Laraki, yang mengatakan bahwa Google menghadapi masalah yang sulit dipecahkan.
Namun, Mayer tampaknya membela Pichai dalam hal ini. Ia mengatakan, "saya ingin mereka [Google] menang dan berpikir bahwa mereka bisa".
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Google Banjir Keluhan, Bos Besar Pasang Badan Bilang Begini
