Ngeri! Chevron, Nestle & Starbucks Pakai AI Buat Pantau Pesan Karyawan

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
Minggu, 11/02/2024 08:00 WIB
Foto: Infografis/Mengenal Artificial Intelligence dan Cara Kerjanya/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan-perusahaan besar di AS seperti Walmart, Delta Air Lines, T-Mobile, Chevron dan Starbucks, serta merek-merek terkenal asal Eropa termasuk Nestle dan AstraZeneca mulai menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk memantau dan menganalisa pesan pegawainya

Banyak dari perusahaan tersebut menggunakan jasa dari perusahaan rintisan berusia tujuh tahun, Aware, untuk memantau obrolan di kalangan karyawan dan karyawan mereka.

Jeff Schumann, salah satu pendiri dan CEO Aware yang berbasis di Columbus, Ohio, mengatakan AI membantu perusahaan memahami risiko dalam komunikasi mereka, membaca sentimen karyawan secara real-time, dibandingkan bergantung pada laporan tahunan atau survei tahunan.


Dengan menggunakan data anonim dalam produk analitik Aware, klien dapat melihat bagaimana karyawan dari kelompok usia tertentu atau di wilayah geografis tertentu merespons kebijakan perusahaan atau kampanye pemasaran baru, menurut Schumann.

"Lusinan model AI Aware, yang dibuat untuk membaca teks dan memproses gambar, juga dapat mengidentifikasi penindasan, pelecehan, diskriminasi, ketidakpatuhan, pornografi, dan perilaku lainnya," kata Schumann, dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (11/2/2024).

Alat analisis Aware - yang memantau sentimen dan toksisitas karyawan - tidak memiliki kemampuan untuk menandai nama individu karyawan, menurut Schumann.

"Namun alat eDiscovery terpisah dapat melakukannya jika terjadi ancaman ekstrem atau perilaku berisiko lainnya yang telah ditentukan sebelumnya oleh klien," tambahnya.

Sayangnya, CNBC Internasional tidak menerima tanggapan dari Walmart, T-Mobile, Chevron, Starbucks atau Nestle mengenai penggunaan Aware.

Perwakilan dari AstraZeneca mengatakan perusahaannya menggunakan produk eDiscovery tetapi tidak menggunakan analitik untuk memantau sentimen atau toksisitas di kalangan karyawannya.

Delta mengatakan kepada CNBC bahwa mereka menggunakan analitik dan eDiscovery dari Aware untuk memantau tren dan sentimen. Ini merupakan cara untuk mengumpulkan umpan balik dari karyawan dan pemangku kepentingan lainnya, dan untuk penyimpanan catatan hukum di platform media sosialnya.

Jutta Williams, salah satu pendiri organisasi nirlaba akuntabilitas AI, Humane Intelligence, mengatakan bahwa AI menambah permasalahan baru dan berpotensi menimbulkan masalah pada apa yang disebut 'orang dalam', yang telah ada selama bertahun-tahun. 'Orang dalam' biasanya hadir untuk mengevaluasi hal-hal seperti spionase perusahaan, terutama dalam komunikasi email.

Berbicara secara luas tentang pengawasan karyawan AI dan bukan teknologi Aware secara khusus, Williams mengakui bahwa banyak dari praktik mengawasi karyawan dengan AI ini dianggap sebagai kejahatan.

"Ini memperlakukan orang seperti inventaris dengan cara yang belum pernah saya lihat," ujarnya.

Teknologi AI untuk pengawasan karyawan adalah bagian khusus dari pasar AI yang lebih besar yang berkembang pesat dan meledak dalam satu tahun terakhir, menyusul peluncuran chatbot ChatGPT OpenAI pada akhir tahun 2022.

Pendapatan Aware telah melonjak rata-rata 150% per tahun selama lima tahun terakhir, kata Schumann kepada CNBC. Menurutnya, rata-rata pelanggan Aware memiliki sekitar 30,000 karyawan. Namun, Aware bukan pemain tunggal. Startup ini memiliki pesaing utama a.l. Qualtrics, Relativity, Proofpoint, Smarsh dan Netskope.

Berdasarkan standar industri, Aware memiliki struktur organisasi yang tetap ramping. Perusahaan terakhir kali mengumpulkan dana pada tahun 2021, ketika berhasil mengantongi investasi sebesar US$ 60 juta dalam putaran. Perusahaan mengantongi dana segar dari Goldman Sachs.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ancaman Siber Jadi Bom Waktu Transformasi Teknologi, Solusinya?