Peneliti Jerman Kaget Temukan Jutaan Bopeng Misterius di Dasar Samudra

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
18 January 2024 09:17
A boy catches fish during high tide on Ghoramara Island, India, September 8, 2018. Ghoramara Island, part of the Sundarbans delta on the Bay of Bengal, has nearly halved in size over the past two decades, according to village elders. REUTERS/Rupak De Chowdhuri  SEARCH
Foto: Aktifitas Warga pulau Ghoramara, Ghomara adalah salah satu dari banyak pulau di delta yang terkena dampak naiknya permukaan laut. Reuters/Rupak De Chowdhuri

Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti asal Jerman menemukan banyak bopeng misterius di dasar lautan. Temuan 40 ribu lubang itu berasal dari Laut Utara.

IFL Science mencatat lubang-lubang itu terbentuk dari gas metana yang bocor dari sedimen Bumi. Namun temuan terbaru menemukan asal bopeng diciptakan oleh kehidupan.

Menurut tim ilmuwan dari Universitas Kiel, lubang tersebut berasal dari vertebrata besar. Mereka mencoba mencari mangsa di dasar laut.

Tempat tersebut menjadi feeding pit awal. Fungsi yang tadinya sebagai inti akhirnya menjadi lubang yang sangat besar.

Sementara itu, tim peneliti mengatakan lumba-lumba yang tengah berburu belut pasir kemungkinan yang membuat bopeng tersebut di Laut Utara. Jadi membantah ide sebelumnya yang berasal dari cairan atau gas metana.

"Hasil menunjukkan bahwa depresi terjadi berhubungan dengan habitat dan perilaku lumba-lumba serta belut pasir serta tidak terbentuk oleh cairan yang naik," kata penulis utama studi, Jens Schneider von Deimlig, dikutip Kamis (18/1/2024).

Lubang tersebut sama dengan tempat makan lumba-lumba. Selain itu juga digabungkan dengan perilaku kehidupan dan pola makan lumba-lumba.

Dia menjelaskan timnya mendapatkan kesimpulan berasal dari data resolusi. Yakni mengumpulkan data echosounder dan menggabungkan dengan informasi soal biologi hewan, oseanografi, penginderaan jauh satelit dan pemetaan habitat.

Temuan itu diyakini terjadi secara global. Namun mereka masih akan melakukan pemantauan lagi.

"Kami memperkirakan mekanisme yang mendasarinya terjadi secara global, namun hingga sekarang masih dipantau," ungkapnya.


(npb)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular