
Google Makin Tertekan, Terancam Lengser Jadi Raja Internet

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus anti-monopoli Google masih terus berlangsung. Posisi raksasa mesin pencari tersebut makin tertekan dengan berbagai tudingan yang diberikan.
Sebelumnya, Google disebut membayar produsen HP, perusahaan browser, hingga operator telikomunikasi secara ilegal, demi mempertahankan dominasinya sebagai mesin pencari default dengan pangsa pasar 90%.
Kini, Google kembali dicecar terkait iklan. Pengacara Departemen Kehakiman AS (DOJ) mengatakan perusahaan yang bermarkas di Mountain View itu melakukan pelanggaran hukum dalam menentukan harga iklan secara tak adil.
Dikutip dari Reuters, Kamis (5/10/2023), Google dikatakan telah menyalahgunakan dominasinya untuk 'mempermainkan' harga iklan.
Eksekutif Google Adam Juda mengatakan perusahaan menggunakan formula untuk menentukan kualitas suatu iklan. Formula itu akan menentukan siapa yang menang lelang iklan untuk diletakkan pada website.
DOJ mengatakan Google memanipulasi pelelangan untuk iklan tersebut. Ujung-ujungnya, mekanisme pelelangan tersebut kembali menguntungkan posisi Google di industri periklanan digital.
Saat ditanya soal ketentuan harga lewat proses pelelangan iklan, Juda membantah Google melakukan rekayasa yang tak adil.
"Saya yakin metode yang kami lakukan adil," kata Juda.
Juda juga membantah ketika ditanya apakah Google bisa semena-mena menentukan iklan yang berkualitas dan menaikkan harga bagi klien.
Selama bertahun-tahun, mekanisme iklan Google telah banyak diprotes. Banyak brand mengatakan mekanisme iklan Google kurang transparan. Alhasil, metode itu dinilai membuat Google meraup pendapatan lebih besar dari seharusnya.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Update Kasus Google, Masa Depan Internet Terombang-Ambing
