Loot Box Game Ajari Anak Main Judi Online, Ini Penjelasannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Selama beberapa waktu terakhir, komunitas game diramaikan soal loot box yang hadir dalam sejumlah permainan. Sistem ini diduga memiliki elemen mirip seperti aktivitas judi online.
Melansir Game Rant, Loot box atau pembelian kecil dalam game (small in-game purchases) biasanya merujuk pada transaksi mikro. Transaksi ini dipopulerkan oleh game seperti Overwatch, NBA 2K dan FIFA.
Menurut sebagian besar pemain video, Game Rant mencatat, transaksi mikro dianggap tidak ramah konsumen dan bersifat predator. Sejumlah pemerintah juga tengah berusaha memberantasnya, salah satunya menyamakan dengan judi.
Misalnya Australia yang belum lama ini merilis aturan untuk membatasi game dengan pembelian di dalam aplikasi atau loot box. Aturan itu memberi peringkat M pada game tersebut, artinya direkomendasikan dimainkan untuk pemain berusia di atas 15 tahun.
Untuk game yang melakukan simulasi aktivitas judi secara langsung, misalnya kasino atau slot, diberi rating 18+. Usia di bawah itu akan dilarang untuk melakukan pembelian.
Presiden Asosiasi Game Indonesia, Cipto Adiguno mengungkapkan memang seharusnya loot box dilakukan pembatasan usia. Namun dia mengatakan transaksi itu bukanlah judi.
"Jadi tidak ilegal dan bukan judi, tapi sebaiknya tetap ada pembatasan usia," kata Cipto kepada CNBC Indonesia, Selasa (26/9/2023).
Dia menjelaskan dampak loot box sendiri bergantung pada umur pemain. Semakin muda pemain kemungkinan akan jadi sangat terdampak.
Loot box disebut membeli sesuatu namun tidak diketahui akan mendapatkan apa. Menurut Cipto, sistem tersebut akan selalu mendapatkan sesuatu dan tidak dapat diuangkan kembali.
"Walaupun belum tentu dapat yang diinginkan, sistem loot box selalu dapat sesuatu, dan tidak dapat diuangkan lagi," ungkap dia.