China Blokir, Joe Biden Bangun Pabrik Chip di Tetangga RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden AS Joe Biden menyasar negara tetangga RI, Vietnam, untuk membangun pabrik chip. Ini dilakukan karena Amerika mengantisipasi risiko kekurangan pasokan semikonduktor setelah diblokir oleh China.
Namun, kekurangan tenaga engineer di Vietnam menjadi tantangan besar untuk mewujudkan rencana AS. Oleh karena itu, Presiden Joe Biden akan mengunjungi Hanoi pada 10 September.
Agenda utamanya adalah membahas tantangan di Vietnam, sekaligus memperkuat hubungan bilateral kedua negara.
"Biden akan menawarkan dukungan kepada Vietnam untuk meningkatkan produksi chip-nya," kata para pejabat pemerintah AS, dikutip dari Reuters, Jumat (1/9/2023).
Segmen "friendshoring" dalam industri semikonduktor strategis telah menjadi salah satu tawaran utama Washington untuk membujuk para pemimpin Vietnam agar menyetujui peningkatan hubungan secara formal.
Vietnam awalnya enggan melakukan skema tersebut karena khawatir dengan reaksi buruk dari China.
Di satu sisi, peningkatan hubungan formal dapat menghasilkan miliaran dolar investasi swasta baru dan sejumlah dana publik bagi industri semikonduktor Vietnam.
Namun, para pejabat industri, analis, dan investor mengatakan bahwa kurangnya tenaga engineer akan menjadi hambatan penting bagi pesatnya perkembangan industri chip.
"Jumlah hardware engineer yang tersedia jauh di bawah jumlah yang dibutuhkan untuk mendukung investasi bernilai miliaran dolar," kata Vu Tu Thanh, kepala kantor dewan bisnis AS-ASEAN di Vietnam.
"Sekitar sepersepuluh dari perkiraan permintaan selama 10 tahun ke depan," imbuhnya.
Negara berpenduduk 100 juta jiwa ini hanya memiliki 5.000 hingga 6.000 hardware engineer terlatih untuk sektor chip, dibandingkan perkiraan permintaan sebesar 20.000 dalam lima tahun dan 50.000 dalam satu dekade.
"Ada juga risiko kurangnya pasokan software engineer chip terlatih," ungkap Hung Nguyen, manajer program senior rantai pasokan di RMIT University Vietnam.
Kementerian Tenaga Kerja, Pendidikan, Informasi, Teknologi dan Luar Negeri Vietnam tidak menjawab permintaan komentar oleh Reuters.
(fab/fab)