Beda Tanggal Idul Adha Muhammadiyah, Ini Kata Ahli BRIN

Jakarta, CNBC Indonesia - Perayaan Idul Adha tahun ini kemungkinan akan dilaksanakan berbeda. Kondisi serupa sebelumnya juga terjadi pada Idul Fitri lalu.
Perbedaan tersebut diungkapkan oleh Profesor Riset Astronomi-Astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin. Yakni terkait kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), serta kriteria astronomi Odeh.
Sebagai informasi, Mabims ditetapkan berdasarkan tinggi Bulan minimal 3 derajat, elongasi geosentrik minimal 6,4 derajat dari aplikasi Astronomis PP Persis. Metode Odeh merujuk pada pengamatan aplikasi Accurate Time.
"Pada 18 Juni 2023, hilal tidak mungkin terlihat di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara secara umum," kata dia, dikutip dari blog personalnya.
Idul Adha tahun 2023 ini akan jatuh pada 29 Juni 2023. Namun Thomas mengatakan menunggu hasil sidang isbat mendatang.
Kepastiannya menunggu keputusan sidang Itsbat," ujarnya.
Sedangkan dengan kriteria Mabims dan Odeh, hilal dapat terlihat di Arab Saudi pada 18 Juni 2023. Dengan begitu, awal Dzulhijjah jatuh pada 19 Juni dan pelaksanaan Idul Adha tanggal 28 Juni 2023.
Pada 18 Juni nanti, posisi Bulan pada maghrib tanggal 18 Juni 2023 adalah 2,1 derajat. Tinggi ini disebut sanga rendah, dan hilal menjadi sangat tipis.
Dengan fakta tersebut membuat hilal pada 18 Juni 2023 menjadi tidak mungkin. Jadi 1 Dzulhijjah jatuh pada 20 Juni 2023.
Di Makkah pada 18 Juni 2023, tinggi Bulan sudah 4,6 derajat. Sementara elongasi geosentriknya 7 derajat. Denga begitu hilal mungkin bisa ditetapkan 18 Juni mendatang.
[Gambas:Video CNBC]
