Tetangga RI Korban Hacker Korut, Duit Rp 34 T Raib
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelompok peretas (hacker) dari Korea Utara (Korea Utara) mencuri aset mata uang kripto di seluruh dunia, dengan nilai total US$ 2,3 miliar (Rp 34 triliun).
Nilai tersebut dikumpulkan dari tahun 2017-2022. Setidaknya begitu yang tertera dalam laporan terbaru dari firma analisa keamanan mata uang kripto, Elliptic.
Dalam laporan itu, Jepang menjadi negara yang menjadi korban terbesar, dengan nilai curian mencapai US$ 721 juta. Selanjutnya tetangga RI, Vietnam (US$ 540 juta), lalu Amerika Serikat (US$ 497 juta), dan Hong Kong (US$ 281 juta), dikutip dari AsiaNikkei, Selasa (16/5/2023).
Menurut Organisasi Perdagangan Luar Negeri Jepang, nilai mata uang kripto yang dicuri dari Negeri Sakura lebih besar 8,8 kali lipat dari total ekspor Korut sepanjang 2021.
Elliptic mengatakan Pyongyang menargetkan aset mata uang kripto dari negara-negara lain untuk mengantongi mata uang asing yang berguna dalam pengembangan program misilnya.
Pada akhirnya, taktik ini dapat mengancam keamanan di negara-negara Asia. Adapun mata uang kripto hasil curian tersebut ditransfer ke e-wallet milik Lazarus Group, yakni kelompok peretas kawakan dari Korut.
Hacker Korut Pakai Ransomware Curi Kripto
Ada dua jenis serangan siber utama yang dilancarkan hacker Korut, yakni peretasan dan ransomware. Mekanisme peretasan memungkinkan pencurian mata uang kripto secara langsung.
Sementara itu, mekanisme ransomware akan mengunci akses mata uang kripto penting di berbagai negara. Peretas lantas bakal meminta tebusan untuk membuka kembali akses tersebut.
Jepang dan Vietnam dinilai sebagai sasaran empuk. Pasalnya, dua negara itu memiliki pasar mata uang kripto yang besar, namun belum dibarengi sistem keamanan yang mumpuni.
Sebagai informasi, Korut sulit memperoleh mata uang negara lain karena mendapat sanksi internasional. Serangan siber menjadi strategi ampuh untuk mempertahankan posisi di perdagangan mata uang asing.
Aktivitas serangan siber yang dilancarkan Korut pertama kali terdeteksi pada 2014 lalu. Grup hacker mencuri informasi di lembaga pertahanan, sistem kesehatan, dan area lainnya di berbagai negara.
"Teknologi yang digunakan hacker Korut lebih canggih dibandingkan negara-negara lain," kata pakar keamanan siber.
(fab/fab)