
Bukti Terbaru Nasib Dokter Sudah di Ujung Tanduk, Simak!

Jakarta, CNBC Indnesia - Algoritma AI bisa mendeteksi kanker prankeas lebih awal ketimbang dokter. Bahkan AI juga mampu memberi tahu apakah seseorang berpotensi menderita penyakit mematikan tersebut di masa depan.
Hal tersebut diungkap akademisi dari Denmark dan Amerika Serikat (AS). Diketahui, kanker pankreas adalah salah satu penyakit paling mematikan.
Penderita yang mampu bertahan selama 5 tahun pasca terdiagnosa penyakit itu cuma berjumlah 12%.
Para peneliti melatih algoritma AI untuk mempelajari jutaan rekam jejak medis yang ada di Danish National Patient Registry dan US Veterans Affairs Corporate Data Warehouse.
AI diajar untuk mencari korelasi dari beragam diagnosis yang terkumpul, berdasarkan kondisi medis pasien yang berbeda-beda.
"kanker secara perlahan berkembang di tubuh manusia sampai akhirnya menggerogoti dan membunuh," kata pemimpin laboratorium di Departemen Sistem Biologi di Harvard Medical School, Chris Sander, dikutip dari TheRegister, Rabu (10/5/2023).
Sistem AI dilatih untuk mempelajari tanda-tanda pada tubuh manusia yang mengarah ke risiko kanker pankreas. Beberapa gambaran besarnya merujuk pada berat badan yang menurun, rasa sakit di area perut dan panggul (abdominal and pelvic pain), serta area mata berwarna kekuningan.
Tanda-tanda yang lebih jelas seperti diabetes, anemia, atau inflamasi, bisa meningkatkan kesimpulan atas risiko kanker pankreas.
"Sistem AI pada rekam jejak klinis di dunia nyata memiliki potensi untuk mendeteksi kanker di tahap awal. Ini sangat berfungsi untuk mengobati pasien kanker sebelum penyakit itu menjadi parah," tertulis pada laporan studi tersebut.
Lebih lanjut, studi menyebut saat ini pengembangan AI untuk medis masih dalam tahap awal dan uji coba. Software yang digunakan masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
"Ketika program terimplementasi dengan baik, biaya komputasi untuk menjalankan software akan berkurang. Saat ini, biaya komputasi masih sangat mahal karena sistem masih dalam tahap pelatihan," kata Sander.
Ia percaya biaya untuk program AI ini akan jauh lebih murah ketika sudah matang dan bisa dipakai secara massal.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Google Punya AI Pesaing ChatGPT tapi Masih Disimpan Erat