Ketahuan Pakai ChatGPT, Pria Ini Ditangkap di China

Redaksi, CNBC Indonesia
10 May 2023 13:03
BRAZIL - 2023/01/30: In this photo illustration, the ChatGPT (OpenAI) logo is displayed on a smartphone screen. (Photo Illustration by Rafael Henrique/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)
Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China menangkap seorang pria yang diduga menggunakan ChatGPT. Bukan tanpa alasan, pasalnya oknum tersebut diduga mengumpulkan dan membagikan berita palsu melalui layanan chatbot AI tersebut.

Berita yang dimaksud memuat kabar soal tabrakan kereta yang menewaskan 9 orang, dikutip dari South China Morning Post, Rabu (10/5/2023).

Kasus penangkapan ini adalah yang pertama kali di China terkait dengan penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Oknum dengan nama belakang Hong tersebut menulis artikel palsu dengan ChatGPT pada 25 April lalu. Artikel tersebut dibagikan ke lebih dari 20 akun Baijahao, yakni platform bergaya blog di bawah naungan raksasa teknologi Baidu.

Sudah lebih dari 15.000 orang yang mengklik artikel tersebut, menurut laporan pihak berwajib. Sebagai informasi, ChatGPT sebenarnya tak bisa diakses resmi di China.

Hong menggunakan VPN untuk menggunakan platform tersebut. Ternyata ini bukan kali pertama Hong membuat dan menyebar berita palsu. Dengan bantuan ChatGPT, ia kerap mengumpulkan berita-berita lama yang sudah tak relevan dan menulisnya kembali untuk memancing kontroversi.

Dengan begitu, ia bisa menghasilkan cuan per klik. Hong mengaku metode cari uang lewat berita palsu ia pelajari dari seorang teman.

Kepolisian setempat menangkap Hong atas tuduhan provokasi dan pemanfaatan teknologi untuk menyebar hoaks. Biasanya, tuduhan ini akan berujung hukuman penjara maksimal 5 tahun.

Kasus ini seakan mengonfirmasi kekhawatiran banyak orang soal penerapan ChatGPT dan layanan chatbot serupa. Selain berisiko menggantikan pekerjaan manusia, layanan chatbot AI juga ditakutkan bisa menimbulkan masalah sosial karena mempermudah produksi hoaks.

Untuk mencegah risiko tersebut, Presiden AS Joe Biden baru-baru ini memanggil beberapa bos raksasa teknologi untuk mendiskusikan risiko tersebut. Raksasa teknologi diminta untuk mengembangkan produk dengan lebih transparan, bertanggung jawab, dan aman.

Biden bahkan menggelontorkan duit Rp 2 triliun untuk meluncurkan 7 lembaga penelitian AI baru di bawah National Science Foundation.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Raksasa Teknologi Empot-empotan Perang AI, Siapa Menang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular