Banyak Tanda Kiamat, Bos ChatGPT Siapkan Senjata Tempur

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa bulan terakhir, ChatGPT mendadak viral berkat kemampuannya merespons dengan gaya mirip manusia, serta menyederhanakan beberapa pertanyaan yang rumit.
Tetapi tidak banyak yang membicarakan orang di balik teknologi itu. Ia adalah Sam Altman, CEO OpenAI, yang merupakan perusahaan induk ChatGPT.
Sejak usia muda, Sam tertarik pada teknologi dan telah belajar memprogram ketika dia baru berusia delapan tahun, ungkap sebuah artikel di The New Yorker.
Selain itu, dalam artikel yang dirilis tahun 2016 lalu, mengungkapkan keyakinan Altman pada hari kiamat. Ia bahkan sudah menyiapkan berbagai hal agar tetap bertahan hidup dalam kondisi apokalips.
Dia berkata, "Saya siap untuk bertahan hidup. Ketika mabuk, teman-teman saya banyak membicarakan tentang bagaimana dunia akan berakhir".
"Setelah laboratorium Belanda memodifikasi virus flu burung H5N1 yang sangat menular 5 tahun lalu, kemungkinan virus sintetis mematikan akan muncul dalam dua puluh tahun ke depan," Altman menjelaskan, mengindikasikan bahwa penyakit menular merupakan salah satu tanda kiamat.
"Skenario (kiamat) paling populer lainnya adalah A.I. yang menyerang kita dan negara-negara yang berperang dengan nuklir karena sumber daya yang langka," kata dia.
Persiapan CEO ChatGPT hadapi kiamat
Dikutip dari Indiatoday, Kamis (23/2/2023), Altman mengaku telah menyiapkan senjata, emas, potasium iodida, antibiotik, baterai, air, masker gas dari Angkatan Pertahanan Israel, dan sebidang tanah besar di Big Sur yang bisa ia kunjungi saat kiamat terjadi.
Menegaskan kembali keyakinan Altman pada hari kiamat, ibunya memberi tahu The New Yorker bahwa anaknya adalah orang yang optimis untuk bertahan hidup.
"Ia hidup dengan perasaan bahwa segala sesuatunya selalu salah, dan bahwa tidak ada satu tempat pun di dunia ini di mana Anda merasa sangat betah" kata sang ibu.
Lebih lanjut, ibunya mengatakan bahwa Sam memang menyimpan banyak hal. Dia akan menelepon dan mengatakan dia sakit kepala, lalu mencarinya di Google, dan menjadi menjadi cyber-chondria. "Saya harus meyakinkan dia bahwa dia tidak menderita meningitis atau limfoma, itu hanya stres," ujar sang ibu.
OpenAI diluncurkan karena ketakutan pendiri soal 'kiamat'
Sesuai laporan, OpenAI didirikan pada 2015 dengan tujuan menyelamatkan umat manusia dari potensi kehancuran AI. Altman tak ingin AI dikembangkan dengan tujuan untuk perang dan merusak peradaban manusia.
Ironisnya, dengan kehadiran ChatGPT buatan OpenAI, banyak yang memprediksi manusia akan digantikan robot. Banyak pekerjaan yang bakal punah dan ada risiko dipakai untuk perang.
OpenAI diluncurkan sebagai perusahaan riset nirlaba. Sam Altman dan Elon Musk termasuk di antara pendiri perusahaan.
Musk mengundurkan diri dari OpenAI pada 2018 karena dua perusahaannya yang lain, SpaceX dan Tesla, juga mengerjakan teknologi AI. Pada tahun 2019, OpenAI akhirnya menjadi perusahaan yang mencari keuntungan. Mereka kemudian bermitra dengan Microsoft serta perusahaan besar lainnya.
Microsoft baru-baru ini memperkuat kemitraannya dengan OpenAI dan hal yang sama terungkap dalam siaran pers.
OpenAI sejak awal mengembangkan beberapa alat AI, seperti ChatGPT dan DALL.E. Keduanya cukup populer saat ini dan digunakan di seluruh dunia.
[Gambas:Video CNBC]
ChatGPT Produk Gagal! Simak Pengakuan Penciptanya
(tib)