
Bos WhatsApp: Kalian Kira Telegram Aman? Baca Ini Dulu

Jakarta, CNBC Indonesia - Will Cathcart, bos WhatsApp mengkritik keamanan penantangnya Telegram. Kritikan itu merujuk pada sebuah laporan Wired berjudul The Kremlin Has Entered the Chat, dan meminta orang-orang yang mengatakan Telegram aman untuk membaca artikel itu lebih dulu.
Laporan itu berisi dugaan Telegram yang membuka akses chat pribadi pengguna. Ini termasuk pesan, foto, video, hingga dokumen yang dikirim atau diterima selama 10 tahun terakhir.
Platform itu juga disebut memberikan datanya pada pemerintah negara, dalam hal ini Rusia. Artikel juga menyinggung ketakutan hal serupa terjadi saat Moskow memulai perang dengan Ukraina.
Informasi dalam artikel berbeda dengan gambaran selama ini. Telegram kerap digambarkan sebagai aplikasi yang aman, bahkan menjadi tempat tujuan pengguna platform lain seperti WhatsApp karena ada masalah pada keamannya.
Sementara itu Cathcart juga mengutip beberapa bagian artikel dalam utas tweet-nya. Salah satunya soal Telegram yang bisa membagikan informasi pengguna pada pemerintah.
"Telegram tidak dienkripsi dari ujung ke ujung (end-to-end encryption) secara default dan tidak ada untuk grup. Dari artikel: 'Telegram punya kapasitas membagikan hampir seluruh informasi rahasia yang diminta pemerintah'," jelasnya dikutip Jumat (17/2/2023).
Dia menyatakan Telegram tak didukung end-to-end encryption, fitur keamanan yang dipakai WhatsApp, secara default. Karena tidak ada verifikasi independen, maka chat di dalam platform bisa diintip oleh pihak ketiga.
"Protokol end-to-end encryption tidak punya verifikasi independen. Sehingga obrolan rahasia di Telegram yang katanya aman bisa saja disadap pihak ketiga," tambah Cathcart.
API Telegram juga jadi salah satu yang dikritik Cathcart. Dalam artikel disebutkan jika API bisa dipalsukan dan bahkan menunjukkan lokasi pengguna pada radius 2 mil (3,2 km) jika baru saja diaktifkan lokasinya.
Telegram juga dituding membangun API lainnya dengan tujuannya mengawasi pengguna dengan mengakses ke dalam kontennya.
Merujuk pada artikel itu, Cathcart juga mengutip klaim Telegram yang menyatakan tidak pernah memberikan data pengguna pada pemerintah. "Jadi mengapa mereka terus mengklaim ini?" kata dia yang juga menyematkan laman Privasi milik Telegram.
Dia paham jika kritikannya akan jadi pertanyaan besar bagi banyak orang. Cathcart menegaskan pengguna bisa memilih platform lain selain WhatsApp yang aman untuk berpindah dari WhatsApp.
"Saya sadar bahwa beberapa orang akan mengatakan saya tertarik mengkritik Telegram. Namun ada banyak aplikasi pesan yang bisa dipilih. Jika tidak menggunakan WhatsApp, gunakan salah satu dari mereka, jangan gunakan Telegram," kata Cathcart.
(tib)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WhatsApp Minggir, Telegram Punya Fitur Super Canggih!